Beranda blog Halaman 515

PS Tira, Pindah ke Bogor dan Berganti Nama

0

PS Tira Bantul akhirnya meninggalkan Bantul dan bermarkas di Bogor. Namanya pun berubah menjadi PS Tira Persikabo. Tampak gelandang PS Tira Ahmad Nufiandani saat tampil di kompetisi musim lalu. (foto: Olenas.id/Gonang Susatyo)

OLENAS.ID – Semula ingin berlama-lama di Bantul, namun apa daya PS Tira harus hengkang dari daerah yang pernah menjadi tempat gerilya Panglima Besar Jenderal Soedirman. Saat bermarkas di Bantul, Yogyakarta, PS Tira pun berubah nama.

Bila semula klub bernama PS TNI, kemudian berganti menjadi PS Tira Bantul, TNI dan rakyat Bantul saat berkompetisi di Liga 1 2018. Mantan Panglima TNI Jenderal purnawirawan Gatot Nurmantyo menyebut tim sebagai bentuk manunggal rakyat dan TNI. Jenderal berbintang empat itu sendiri merupakan Ketua Dewan Pembina Utama klub.

Hanya, keinginan untuk tetap bertahan di Bantul tak kesampaian. Setelah satu musim ber-home base di Bantul,  The Young Warriors pun kembali pindah markas. Pilihannya adalah Kota Bogor.

Perpindahan markas pun diikuti perubahan nama. Bila sebelumnya PS Tira Bantul, kini berganti menjadi Tira Persikabo. Nama baru itu merupakan buah dari merger antara PS Tira dan Persikabo Bogor. Kehadiran tim tersebut diharapkan bisa menggelorakan sepak bola di Kabupaten dan Kota Bogor.

Dengan merger itu memunculkan konsekuensi Persikabo tidak akan bermain di Liga 3 musim depan. Nama baru itu pula yang dipakai PS Tira Persikabo di kompetisi Liga 1 2019, Piala Indonesia dan Piala Presiden.

“Pergantian nama ini sesuai tekad dan harapan membangkitkan kembali sejarah sepak bola Bogor tanpa melupakan sejarah sepak bolanya,” kata Presiden PS Tira Persikabo, Bimo Wirjasoekarta.

“Identitas dan sejarah Persikabo sebagai tim kebanggaan masyarakat Bogor tidak akan hilang karena ini sifatnya merger bukan akuisisi. Jadi tidak ada lagi tim di Liga 3 karena sudah bersatu,” lanjut dia.

PSSI tak mempersoalkan dengan langkah PS Tira dan Persikabo Bogor yang memutuskan melebur. Wakil Ketua Umum PSSI Iwan Budianto menuturkan pihaknya hanya menunggu surat dari kedua klub tersebut.

“Kalau merger dalam hal pengelolaan, termasuk home base, tentu tidak ada masalah. Merger bila keduanya tetap berkompetisi di liganya masing-masing, ini yang tidak diperbolehkan,” kata Iwan.

Di kompetisi 2018, PS Tira Bantul yang diharapkan menuai prestasi justru terjerembap. Bahkan PS Tira nyaris terdegradasi. Hampir di sepanjang kompetisi, Ahmad Nufiandani dkk lebih sering berkutat di zona merah.

Kehadiran pelatih Nilmaizar sedikit banyak membawa perubahan. Tim akhirnya lolos dari lubang jarum setelah menang di dua pertandingan terakhir. Hebatnya, dua kemenangan itu diraih di kandang lawan saat menghadapi PSMS Medan dan Borneo FC.

Di penutup kompetisi, PS Tira menduduki peringkat 15 atau satu strip di atas zona degradasi. Meski hanya menjadi tim papan bawah, namun striker andalannya, Aleksandar Rakic sukses menjadi top scorer dengan torehan 21 gol.

Kejuaraan Nasional Renang, Atlet Ikut Beberapa Nomor

0

Kejuaraan Nasional (Krasnas) Renang Antarsekolah dan Perguruan Tinggi digelar di Yogyakarta, Sabtu (2/2/2019) dan Minggu (3/2/2019). Di Krasnas, atlet bisa mengikuti beberapa nomor. (foto:  Olenas.id/Gonang Susatyo)

OLENAS.ID – Ada alasan tersendiri saat atlet renang mengikuti beberapa nomor di Kejuaraan Nasional (Krasnas) Renang Antarsekolah dan Perguruan Tinggi di Yogyakarta. Mereka ingin mengembangkan kemampuan dan berharap bisa mempertajam pencapaiannya di Krasnas yang dilaksanakan di Kolam Renang Tirta Krida, AAU, Yogyakarta, Sabtu (2/2/2019) dan Minggu (3/2/2019).

Atlet renang asal SMAN 7 Yogyakarta, Michelle Holly Raharjo, misalnya, tampil di nomor 50 meter dan 100 meter gaya dada dan bebas. Selama ini, Holly lebih banyak tampil di cabang renang indah.

“Di Krasnas, saya ingin mencoba kemampuan di nomor lintasan. Saya tampil di beberapa nomor untuk melihat sampai sejauh mana kemampuan saya di lintasan. Apalagi selama ini saya lebih sering tampil di renang indah,” tutur Holly.

Holly menjadi satu-satunya wakil SMAN 7 di Krasnas yang digelar Forum Klub Renang Sleman (FKRS). Tidak adanya ekstrakurikuler renang menjadikan tidak ada siswa yang menekuni cabang olahraga tersebut.

“Di Krasnas, mereka yang berlaga tetap atlet yang berlatih di klub. Tidak semua sekolah memiliki ekstrakurikuler renang karena mungkin lebih mengembangkan cabang lain. Meski demikian, kami tetap berharap sekolah mengembangkan olahraga renang,” kata Ismadi, ketua panitia pelaksana Krasnas.

Kenaikan Pesat

Ismadi menuturkan tak sedikit atlet seperti Holly yang mengikuti beberapa nomor. Ini yang menjadikan nomor peserta di Krasnas mencapai 3000-an. Ini sebuah kenaikan yang pesat meski dari segi jumlah peserta mengalami sedikit penurunan.

Seorang perenang saat tampil di Kejuaraan Nasional Renang Antarsekolah dan Perguruan Tinggi di Yogyakarta, Sabtu (2/2/2019). (foto: Olenas.id/Gonang Susatyo)

Penurunan kuantitas atlet tidak terlepas dari agenda kejuaraan yang berdekatan. Sebelumnya mereka tampil di kejuaraan renang antarklub di Karanganyar, Solo. Usai Krasnas di Yogyakarta akan digelar Krasnas juga antarsekolah di Cirebon.

“Atlet akan memilih kejuaraan dengan jarak waktu yang tidak pendek. Ini memungkinkan mereka untuk recovery dan mengatur waktu masuk sekolah,” ujarnya.

Ditambahkannya, “Penurunannya memang tak berarti. Tahun lalu diikuti 700-an peserta, kini menjadi 690-an. Tetapi dari nomor peserta meningkat pesat. Ini menjadikan persaingan sangat ketat. Mereka juga ingin mengembangkan kemampuan di nomor-nomor yang diikutinya. Selain itu, mereka berharap menjadi yang terbaik. Untuk menjadi yang terbaik harus meraih banyak medali.”

“Atlet renang sudah memiliki spesialisasi, tetapi mereka juga ingin mengembangkan kemampuan di nomor yang lain. Keinginan untuk menjadi yang terbaik membuat mereka tetap akan berlomba secara maksimal di nomor-nomor yang diikutinya,” ucap Ismadi.

Dari para peserta, banyak di antara mereka yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Mereka tidak hanya berasal dari DI Yogyakarta maupun Jawa Tengah, tetapi juga dari Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, Bali, Kalimantan dan Sulawesi. Sedangkan atlet dari perguruan tinggi di antaranya UGM, UNY, Undip, UPN Veteran, dan UKDW. (Ive)

Pembelajaran Bagi PSS Sleman Sebelum Berjibaku di Liga 1

0

  Gelandang PSS Sleman Haris Tuharea merayakan gol yang dicetaknya dari titik penalti di pertandingan kedua babak 32 Besar Piala Indonesia 2018 melawan Barito Putera di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Kamis (31/1/2019). (foto: Olenas.id/Gonang Susatyo)

OLENAS.ID – Sebuah pembelajaran bagi PSS Sleman yang baru kembali promosi ke Liga 1. Turnamen Piala Indonesia 2018 menjadi ajang bagi PSS untuk mengasah kekuatan sebelum mengarungi gelanggang Liga 1.

Pengalaman dan mental bertanding sangat diperlukan saat PSS kembali ke kasta tertinggi. Ini yang menjadikan laga melawan tim Liga 1, Barito Putera, di babak 32 Besar Piala Indonesia memberi pelajaran berharga bagi Bagus Nirwanto dkk.

Dalam duel kedua babak 32 Besar di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Kamis (31/1/2019), PSS bermain imbang 3-3 melawan Barito. Sempat terjadi reli gol dan diwarnai kartu merah untuk pemain PSS, Derry Rachman Noor.

Barito pun berusaha mengejar ketinggalannya sampai akhirnya Yakubi Sayuri mencetak gol di menit 81. Hanya gol tersebut gagal meloloskan Barito karena sekadar menyamakan skor menjadi 3-3. Gol ketiga PSS oleh Haris Tuharea yang menjadikan timnya melaju ke babak berikutnya.

Hasil imbang sudah bisa meloloskan PSS ke babak selanjutnya karena mereka unggul agregat 5-4. Pada pertemuan pertama di kandang Barito, Laskar Elang Jawa menang 2-1. Seandainya Barito menambah satu gol lagi di laga keduanya, mereka yang lolos karena mampu mencetak lebih banyak gol tandang.

Sukses yang tetap disambut gembira oleh pelatih PSS Seto Nurdiantara meski dirinya melihat sisi yanng berbeda dari pertandingan tersebut. Seto mengakui tim mendapat pelajaran berharga dari Barito yang sudah lebih dulu malang-melintang di kasta tertinggi sejak promosi musim 2011/12.

“Pertandingan yang berjalan ketat dan seru. Ini menjadi pembelajaran bagi kami. Pemain pun tahu bagaimana gambaran persaingan di Liga 1 yang memang ketat. Harus diakui ada perbedaan individu. Terbukti kami kalah dalam penguasaan bola. Namun kami lebih bisa memanfaatkan peluang,” kata Seto.

Kalah Kelas

PSS sesungguhnya kalah kelas karena minus pemain asing. Sebaliknya, Barito Putera sudah bisa menurunkan duo asing, Artur Jesus Vieira dan Lucas da Silva yang sama-sama bermain di belakang. Selain itu ada eks kapten tim nasional, Bayu Pradana dan kapten timnas U-19 2013, Evan Dimas.

Meski demikian, PSS lebih unggul semangat dan motivasi. Bermain di hadapan pendukung sendiri menjadikan PSS tampil dengan semangat tinggi. Saat kehilangan seorang pemain yang dikartu merah, mereka juga bisa saling melapis untuk menutup kekurangan.

“Selain itu, kekokohan pertahanan dan kekompakan yang kuat menjadi penentu di pertandingan ini. Saat kehilangan pemain, mereka pun bisa saling mengisi kekurangan. Jadi, saya tetap mengapresiasi pemain,” jawabnya.

Hanya sukses PSS sedikit ternoda dengan ulah penonton. Situasi panas di lapangan ikut menyulut emosi penonton yang berlanjut dengan pelemparan benda ke lapangan. Akibatnya, wasit sempat menghentikan pertandingan. Penonton yang berada di belakang bench Barito pun berulah. Bench tim tamu menjadi sasaran lemparan.

Anak gawang membersihkan lapangan dengan memunguti gelas air mineral yang dilemparkan penonton di pertandingan PSS Sleman melawan Barito Putera di laga kedua babak 32 Besar Piala Indonesia 2018 di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Kamis (31/1/2019). (foto: Olenas.id/Gonang Susatyo)

Sikap dewasa penonton tetap diharapkan saat PSS berkompetisi di kasta tertinggi. Bukan apa-apa, sanksi pelemparan benda ke lapangan termasuk keras. Denda puluhan sampai ratusan juta dan bahkan bila PSS harus menjalani laga tanpa penonton atau usiran sesungguhnya merugikan klub dan suporter.

Dari Batam, Persija Jakarta Menatap Singapura

0

Persija Jakarta meminjam mantan pemainnya Jaimerson Xavier (kiri) untuk menghadapi Home United di kualifikasi Liga Champions Asia, pekan mendatang. (foto: Olenas.id/Gonang Susatyo)

OLENAS.ID Persija Jakarta sudah menuntaskan laga kedua babak 32 Besar Piala Indonesia. Meski diimbangi 757 Kepri Jaya yang berstatus tim Liga 3, namun Persija tetap lolos ke 16 Besar. Dalam duel kedua di Stadion Citra Mas, Batam, Kamis (31//2019), Persija ditahan 1-1.

Di laga itu, Kepri Jaya sempat mengejutkan Macan Kemayoran. Bahkan tuan rumah unggul lebih dulu melalui Mohammad Lutfi Hermawan menit 42. Namun keunggulan Kepri Jaya tak bertahan lama. Hanya berselang beberapa menit atau di pengujung babak pertama, bek sayap veteran Ismed Sofyan membobol gawang Kepri Jaya.

Hasil imbang itu menjadikan Persija melaju tanpa hambatan berarti karena unggul agregat 9-3. Pasalnya, pada duel pertama, Persija mampu menang telak 8-2.

Dari sisi hasil, pelatih Persija Ivan Kolev tak kecewa karena tim sudah lolos ke babak berikutnya. Hanya, Kolev harus menaikkan level permainan Macan Kemayoran karena mereka akan berlaga di kualifikasi Liga Champions Asia.

Ya, Macan Kemayoran akan mengawali pertarungannya di kompetisi Asia dengan tampil di laga tandang melawan tim Singapura, Home United di Stadion Jalan Besar, Selasa (5/2/2019).

Pemain Persija Jakarta sedang bercanda saat latihan. Setelah lolos ke 16 Besar Piala Indonesia, kini Persija membidik laga kualifikasi Liga Champions Asia melawan Home United. (foto: Olenas.id/Gonang Susatyo)

Dan, Kolev harus melakukan pembenahan karena Home United tetap bukan lawan enteng bagi Marko Simic dkk. Apalagi, performa tim di Piala Indonesia kurang memuaskan. Meski menjadikan Piala Indonesia sebagai ajang pemanasan sebelum berlaga di Liga Champions Asia, namun Kolev tetap memberi perhatian pada performa tim.

“Saya memang melakukan banyak pergantian pemain karena saya ingin memberi kesempatan kepada mereka. Jadi, saya makin tahu kualitas pemain. Persoalannya, kami sesungguhnya menguasai permainan. Hanya penyelesaian kami tidak bagus. Ini yang harus diperbaiki sebelum berlaga di Liga Champions Asia,” kata Kolev.

Pelatih asal Bulgaria ini mengakui Home United bisa menjadi batu sandungan juara Liga 1 2018 ini. “Home United memiliki level permainan yang cukup tinggi. Mereka tim yang bagus. Ini akan menjadi pertandingan yang ketat karena Home United punya beberapa pemain yang berkelas,” paparnya.

Di ajang Liga Champions Asia, Persija meminjam dua pemain Madura United, Alberto ‘Beto’ Goncalves dan bek Jaimerson Xavier. Keduanya dipinjam karena Persija belum bisa menurunkan empat pemain barunya, Vinicius Lopes, Jakhongir Abdumuminov, Bruno Matos, dan Ryuji Utomo.

“Kami tak bisa menurunkan empat pemain baru. Ini yang menjadikan kami meminjam Jaimerson dan Beto. Saya berharap mereka bisa membantu kami,” kata Kolev lagi.

Pemain Lokal Sudah, Bagaimana Dengan Asing?

0

Kapten PSS Sleman Bagus Nirwanto, salah satu pemain lokal yang sudah diikat kontrak oleh klub untuk menghadapi kompetisi Liga 1. Musim lalu, Bagus merupakan kapten tim menggantikan Achmad Hisyam Tole. (foto: Olenas.id/Gonang Susatyo)

OLENAS.ID – PSS Sleman sudah mengamankan pemain lokal, terutama mereka yang turut mengantarkan tim menjadi juara Liga 2 sekaligus promosi ke Liga 1. Di tahap awal, ada 17 pemain yang diikat kontrak dengan durasi satu tahun.

Mereka yang sudah dipatenkan PSS, di antaranya duo kiper Ega Rizky dan Tri Hamdany Goentara. Selain itu ada kapten Bagus Nirwanto, bek Asyraq Gufron, dan Ikhwan Ciptadi serta Zamzani.

Gelandang Rangga Muslim dan Dave Mustaine pun kembali berkostum hijau-hijau.  Begitu pula Zahrul Milla, Ilham Irhaz, dan Wahyu Sukarta. Mereka akan mengarungi kompetisi di kasta tertinggi musim 2019.

“Bila sesuai negosiasi, ada 17 pemain yang diikat kontrak. Mereka mendapat kontrak selama satu musim,” ujar Yohannes Sugianto, Humas PT Putra Sleman Sembada, selaku pengelola PSS.

Selain pemain lama, ada muka anyar yang bakal memperkuat PSS. Ada tio PS Mojokerto Putra, Derry Rachman, Haris Tuharea, dan Ricky Kambuaya yang turut bergabung. Mantan pemain Barito Putera Jajang Sukmara, eks gelandang PSIS Semarang Nerius Alom dan mantan striker Kalteng Putra Kushedya Hari Yudo juga akan menghuni skuat Elang Jawa.

Bila pemain lokal sudah diikat kontrak, sebaliknya PSS masih belum mendapatkan pemain asing. Belum ada satu pun pemain asing yang bakal mendarat di Maguwoharjo.

Tawaran dari agen pemain asing memang sudah tak terhitung. Banyak di antara mereka yang belum pernah bermain di Indonesia seperti Julian Guevara, gelandang bertahan asal Kolombia dan gelandang Brasil Joao Paulo de Assis Penha. Pemain berusia 25 ini terakhir kali bermain di klub divisi dua Brasil, Sampaio Correa.

Pelatih Seto Nurdiantara sendiri berharap mendapatkan pemain asing yang belum pernah atau setidaknya minimal satu atau dua tahun bermain di Indonesia.

“Pemain yang baru bermain satu atau dua tahun di Indonesia masih memiliki motivasi tinggi. Begitu pula mereka yang belum pernah menjajal kompetisi di Indonesia. Namun, kami juga tidak menutup pintu untuk pemain yang sudah lama bermain di sini,” ujar Seto.

Kejuaraan Nasional Renang, Upaya Menjaring Atlet Bertalenta di Sekolah

0

Kejuaraan nasional renang antarsekolah dan perguruan tinggi kembali digelar di Yogyakarta, Sabtu (2/2/2019) dan Minggu (3/2/2019). Ketua panpel pertandingan Ismadi (kedua dari kanan) mengungkapkan peserta Krasnas berasal dari berbagai daerah, termasuk Kalimantan. (foto: Olenas.id/Gonang Susatyo)

OLENAS.ID – Sebuah kejuaraan nasional (krasnas) olahraga renang digelar di Yogyakarta. Menariknya, Krasnas renang itu diikuti sekolah dan perguruan tinggi. Padahal boleh dikatakan minim sekali kejuaraan olahraga dengan peserta dari lembaga pendidikan.

Namun Forum Klub Renang Sleman (FKRS) berupaya menyelenggarakan Krasnas yang diikuti sekolah dari jenjang SD sampai Perguruan Tinggi. Krasnas Renang Antarsekolah dan Perguruan Tinggi digelar di Kolam Renang Akademi Angkatan Udara (AAU) Tirta Kridha, Yogyakarta, Sabtu (2/2/2019) dan Minggu (3/2/2019).

Antusias dari lembaga pendidikan mengikuti kejurnas ternyata sangat tinggi. Ketua panitia pelaksana, Ismadi, menuturkan sekolah yang mendaftarkan siswanya mengikuti Krasnas sudah hampir mencapai 700 peserta. Banyak di antaranya siswa SD dan SMP.

“Tahun lalu, mereka yang mengikuti Krasnas mencapai 712 peserta. Kali ini mungkin bisa melebihi karena pendaftaran belum ditutup.Kami juga masih melayani pendaftaran on the spot atau menjelang pelaksanaan,” tutur Ismadi.

Dilanjutkannya, sekolah yang menjadi peserta berasal dari DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Bali dan bahkan Kalimantan. “Sekolah yang dari Kalimantan justru dari tingkat SD dan SMP. Sekolah antusias mengirim siswanya. Ini tentu hal yang menggembirakan karena siswa yang duduk di bangku SD merupakan usia pembinaan,” kata dia lagi.

Dari jumlah nomor yang diambil peserta, banyak di antara mereka yang akan tampil di beberapa nomor. Menurut Ismadi sudah ada 2950 nomor yang diambil peserta.

“Padahal tahun lalu hanya 2600 nomor peserta. Jadi, ada peserta yang tampil di beberapa nomor. Karena banyaknya peserta yang berlomba, kami harus bisa mengatur jadwal agar tidak sampai malam hari,” ujar Ismadi.

Krasnas renang antarsekolah dan perguruan tinggi merupakan yang kedua kalinya digelar oleh FKRS. Adanya kejuaraan ini setidaknya menjadi oase karena minimnya event olahraga renang antarsekolah. Kejuaraan renang memang lebih banyak digelar untuk klub maupun individu.

“Sebaliknya, kejuaraan antarsekolah memang masih minim. Kami berharap dari sekolah bisa memunculkan atlet bertalenta. Bila tertarik menekuni renang, dia bisa diarahkan untuk masuk klub. Selama ini, sekolah menyediakan kegiatan melalui ekstrakurikuler. Kegiatan itu biasanya dilaksanakan seminggu sekali atau dua kali. Bagi siswa yang menekuni renang biasanya menambah latihan di klub,” katanya.

Sekolah Termotivasi

Dengan adanya Krasnas itu, sekolah bisa makin termotivasi mengembangkan kegiatan olahraga melalui ekstrakurikuler. Begitu pula guru olahraga bisa mengarahkan siswanya yang ingin menekuni cabang olahraga tertentu.

Belakangan memang sudah ada sekolah yang menyediakan pelatih khusus cabang tertentu untuk mengasah talenta siswanya. Sebuah sekolah swasta di Yogyakarta misalnya, memilih merekrut pelatih sepak bola untuk melatih siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepak bola.

Meski merupakan kejurnas antarsekolah dan perguruan tinggi, tetapi lomba renang tidak mempertemukan satu sekolah dengan sekolah lain. Panitia pertandingan tetap memakai patokan Kelompok Umur (KU). Dengan demikian lomba terbagi menjadi KU senior, yaitu kelompok umur bagi perenang mulai 19 tahun ke atas, KU 1 (16-18 tahun), KU 2 (14-15 tahun), KU 3 (12-13), KU 4 (10-11 tahun), dan KU 5 (sembilan tahun ke bawah).

 “Jadi siswa SD bisa berhadapan dengan siswa SMP karena mereka berada di KU yang sama,” kata Agung Purwandono, selaku Ketua Bidang Perwasitan dan Perlombaan PRSI DIY.

Menurut Agung, Krasnas tersebut sudah menjadi kalender PB PRSI. Sebagai kalender tahunan, hasil dari kejurnas akan menjadi database atlet renang, baik di tingkat provinsi maupun nasional.

Database untuk menentukan peringkat atlet. Bila atlet tidak rutin mengikuti kejuaraan, peringkatnya bisa turun. Ini akan memacu atlet mengikuti kompetisi guna meraih prestasi,” ucapnya. (Ive)

Jacksen F. Tiago, Dari Piala Keraton ke Piala Indonesia

0

 Pelatih Barito Putera Jacksen F. Tiago cukup akrab dengan Stadion Maguwoharjo. Dirinya pernah menorehkan catatan bagus saat timnya bermain di stadion yang terletak di Sleman ini. Kini, Jacksen berharap mengulang sukses saat Barito Putera menghadapi PSS Sleman di laga kedua babak 32 Besar Piala Indonesia, Kamis (31/1/2019). (foto: Olenas.id/Gonang Susatyo)

OLENAS.ID – Sabtu, 3 Oktober 2009. Pelatih Jacksen Ferreira Tiago sibuk mengetik pesan di  telepon seluler (ponsel). Malam itu, Persipura Jayapura, tim asuhannya, baru saja tampil sebagai juara Piala Keraton II.

Di final di Stadion Maguwoharjo, Persipura menaklukkan sesama tim Liga Super Indonesia, Persiba Balikpapan dengan skor 1-0. Gol tunggal tim Mutiara Hitam dihasilkan Alberto Goncalves, striker asal Brasil yang kini sudah menjadi warga negara Indonesia.

Saat mengetik di ponselnya, Jacksen berucap, “Saya tengah mengirim kabar ke Brasil tentang keberhasilan tim asuhan saya menjadi juara di turnamen.”

Dia kemudian melanjutkan berbicara setelah selesai mengirim pesan itu. “Di Brasil ada asosiasi pelatih yang memantau pelatih dari negara kami yang meraih prestasi. Apakah itu liga atau turnamen. Jadi, pencapaian Persipura dengan menjadi juara di turnamen Piala Keraton pun tetap harus disampaikan. Ini menjadi catatan kami.”

Saat menyambangi Sleman dengan mengikuti Piala Keraton yang diselenggarakan klub Divisi Utama Pro Duta, Persipura memang menjadi tim unggulan. Mereka berstatus juara bertahan LSI dan hanya bersaing dengan tim-tim DU seperti PSS Sleman, PSIM Yogyakarta, Persiba Bantul dan tuan rumah Pro Duta.

Selanjutnya, Jacksen beberapa kali mengantarkan Persipura berlaga di Maguwoharjo. Termasuk saat menguji kekuatan klub besar asal Brasil, Santos. Dalam laga uji coba melawan Santos U-23, Persipura menang 2-1.

Bersama Barito Putera

Kini, Jacksen kembali ke Sleman. Bersama Barito Putera, mereka menghadapi PSS di laga kedua 32 Besar Piala Indonesia. Di pertandingan yang digelar di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Kamis (31/1/2019) malam ini, Barito Putera harus menang minimal 2-0 untuk membalikkan keadaan sekaligus lolos ke 16 Besar.

Barito harus bekerja ekstrakeras karena pada laga pertama di kandang sendiri, mereka dipaksa menyerah 1-2. Bila ingin menyingkirkan PSS, Evan Dimas dkk butuh kemenangan dua gol tanpa harus kebobolan.

Gelandang Barito Putera Evan Dimas saat menjalani latihan bersama tim menjelang laga melawan PSS Sleman di Stadion Maguwoharjo, Kamis (31/1/2019). (foto: Olenas.id/Gonang Susatyo)

Bukan pekerjaan gampang. Jacksen pun pun mengakui tak mudah mengejar defisit gol. “Ini bukan perkara mudah, tetapi kami akan berusaha keras. Kami tetap optimistis meraih hasil terbaik,” kata Jacksen.

Pelatih asal Brasil ini memiliki keyakinan kuat untuk membalikkan keadaan. Pasalnya, tim bakal lebih komplet dibandingkan saat pertemuan pertama. Pemain anyar asal Brasil, Lucas Silva dan Artur Jesus Vieira, sudah bergabung. Mereka siap dimainkan di laga tersebut. Demikian pula penyerang veteran Samsul Arif dan mantan kapten tim nasional, Bayu Pradana.

“Di pertandingan pertama, materi pemain kami belum lengkap. Tim pun lebih banyak berlatih dengan tim Barito U-19. Tetapi itu bukan menjadi alasan. Yang jelas, tim ini sudah berubah saat kembali menghadapi PSS. Kehadiran dua pemain asing menjadikan bakal ada perubahan pada skema tim,” tutur Jacksen.

Meski dalam posisi tertinggal, Jacksen tetap menaruh harapan pada tim. Apalagi dia sudah melakukan evaluasi dari kegagalan tersebut. Pemain juga dalam kondisi bugar.

“Kami tetap yakin meski saat ini posisi PSS memang terdepan. Mereka punya keunggulan karena menang di laga pertama. Tetapi bagi kami tidakada yang mustahil. Kami masih bisa mengejar gol (tandang),” ujar Jacksen menegaskan.  

PSS Sleman, di Antara Piala Indonesia dan Copa Dji Sam Soe

0

PSS Sleman memiliki catatan yang mengesankan selama keikutsertaaannya di turnamen Piala Indonesia. Di musim 2005, PSS mampu menembus semifinal saat turnamen masih bertajuk Copa Dji Sam Soe. Gelandang PSS Rangga Muslim saat latihan menjelang laga melawan Barito Putera,Kamis (31/1/2019). (foto: Olenas.id/Gonang Susatyo)

OLENAS.ID – Hanya sejengkal PSS Sleman menginjakkan kaki ke 16 Besar Piala Indonesia 2018. Modal PSS memang cukup bagus meski mereka menghadapi Barito Putera yang memiliki pencapaian mentereng di Liga 1 musim kemarin.

Pada laga pertama babak 32 Besar di kandang Barito, PSS yang ditinggalkan pelatih Seto Nurdiantara karena mengikuti kursus AFC Pro Diploma di Spanyol, sukses menaklukkan tuan rumah 2-1.

Kemenangan tersebut sangat membantu PSS yang ingin melangkahkan kaki ke 16 Besar. Mereka hanya butuh hasil imbang di pertandingan kedua di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Kamis (31/1/2019). Bahkan kekalahan 0-1 di laga tersebut tidak menghalangi laju Laskar Elang Jawa. Mereka tetap lolos meski skor akhir 2-2 karena Rangga Muslim dkk diuntungkan mampu mencetak lebih banyak gol tandang.

“Meski sudah menang di pertandingan pertama, kami belum sepenuhnya lolos. Penentuannya di pertandingan kedua ini. Skuat memang tak lengkap karena belum banyak penambahan pemain. Namun kami bermain di kandang sendiri dan mendapat dukungan dari suporter. Ini menjadikan kami optimistis melangkah ke babak berikutnya,” ucap Komarudin, asisten pelatih PSS.

Bila menyingkirkan Barito, ini menjadi catatan menarik PSS di turnamen sepak bola terbesar ini. Tim, secara tidak langsung, sudah menunjukkan kesiapan berkompetisi di kasta tertinggi. Apalagi bila bertahan di Piala Indonesia, PSS kemungkinan kembali menghadapi tim-tim Liga 1 yang menjadi rival mereka di kompetisi. Sebuah pembelajaran yang bagus untuk mematangkan mental sebelum memasuki liga.

Memori 4 Besar

Di Piala Indonesia, PSS sesungguhnya pernah menorehkan prestasi cukup mengesankan. Saat turnamen masih bertitel Copa Dji Sam Soe di musim pertama digulirkannya pada 2005, PSS sukses menembus 4 Besar.

Meski saat itu PSS juga berkompetisi di Divisi Utama yang merupakan kasta tertinggi, namun pencapaian mereka termasuk mengejutkan. Pasalnya di liga, PSS hanya mampu berkutat di papan tengah Wilayah Barat.

Dalam perjalanannya, PSS sukses menyingkirkan Pupuk Kaltim (PKT) dan Persita Tangerang lewat skor ketat. Saat menghadapi PKT di laga pertama putaran kedua, mereka kalah 1-2. Namun di kandang sendiri, PSS menang 1-0 lewat Fajar Listiyantoro.

Di putaran berikutnya, Persita menjadi korban PSS. Imbang dulu 1-1 di Tangerang, PSS kemudian menang satu gol. Dan lagi Fajar yang menjadi penentu kemenangan tim.

Sayang langkah PSS terhenti di semifinal. Kepergian pelatih Daniel Roekito membuat tim oleng. Tak heran PSS tak berdaya menghadapi lawan tangguh Arema Malang. Mereka dipaksa menyerah 0-2 dan 0-3.

Arema yang ditangani Benny Dollo kemudian tampil sebagai juara setelah mengalahkan Persija Jakarta 4-3 lewat perpanjangan waktu. Gelandang muda Firman Utina menjadi bintang kemenangan Singo Edan. Dirinya mencetak hat-trick dan gol ketiganya menjadi penentu Arema mengangkat trofi.

Di musim berikutnya, 2006, Arema sukses mempertahankan gelar juara. PSS? Tim terpaksa mundur dari turnamen dan liga karena bencana gempa bumi yang menimpa DI Yogyakarta.

Saat kembali ke gelanggang sepak bola, kiprah PSS di turnamen pun tak lagi bersinar seperti di musim 2005. Mereka lebih sering terhenti di babak awal. Dan sukses melaju ke 32 Besar di musim ini membuka harapan bagi PSS untuk menorehkan prestasi lebih tinggi. Apalagi mereka sudah sukses menjadi juara Liga 2 sekaligus promosi ke Liga 1.