OLENAS.ID – Final four yang bakal menegangkan. Tim-tim yang berlaga di final four kompetisi bola voli Proliga 2019 sudah siap beradu kekuatan. Ya, final four pertama akan digelar di GOR Joyoboyo, Kediri, mulai Jumat (8/2/2019) sampai Minggu (10/2/2019).
Tim-tim yang berlaga, di bagian putra, Jakarta Pertamina Energi, Jakarta BNI 46, Surabaya Bhayangkara Samator, dan Palembang Bank SumselBabel. Sedangkan di bagian putri keempat tim terdiri dari Jakarta PGN Popsivo Polwan, Jakarta Pertamina Energi, Jakarta BNI 46, dan Bandung Bank bjb Pakuan.
Juara bertahan putra, Bhayangkara Samator akan mengawali pertarungan dengan menghadapi juara putaran kedua BNI 46. Sedangkan pemuncak klasemen babak reguler, Pertamina Energi harus bertarung dengan peringkat empat Bank SumselBabel.
Bertemu lawan tangguh, tim putra BNI 46 siap berjibaku. Performa gemilang tim yang mengantarkan mereka menjadi juara putaran kedua akan dipertahankan saat memasuki final four. Manajer Loudry Maspaitella, mengungkapkan status sebagai juara putaran kedua bukan berarti tim berada di atas angin.
“Tidak ada tim yang berada di atas angin, termasuk BNI 46. Semua tim yang lolos final four tidak akan mau coba-coba. Semua tentu ingin menang, termasuk tim kami,” kata Loudry.
Loudry tegaskan hanya tim yang siap mental dan fisik yang memenangkan pertandingan. “Faktor mental dan fisik akan menjadi penentu. Tim yang siap pada sisi keduanya yang akan memenangkan pertandingan,” ujarnya.
Kedua tim memang memiliki kekuatan berimbang. Mereka saling mengalahkan dengan skor sama di babak reguler. Pada putaran perdana, Bhayangkara Samator unggul 3-0. Namun di putaran keduanya, giliran BNI 46 yang menaklukkan rivalnya 3-0.
Latihan Receive
Asisten manajer Bhayangkara Samator, Hadi Sampurno mengatakan kalau tim bakal tampil maksimal karena final four merupakan partai hidup mati bagi semua tim. Menurutnya pelatih Ibarsjah Djanu Tjahjono telah menggenjot pemain dengan latihan receive (penerimaan bola pertama). Apalagi mereka menghadapi BNI 46 yang ditangani Samsul Jais. Pelatih tersebut memang mengandalkan jump serve (servis lompat) untuk meraih poin.
Pemain Bhayangkara Samator Nizar Zulfikar dan Yuda Mardiansyah melakukan blok di pertandingan voli Proliga 2019. Mereka akan menghadapi BNI 46 di laga pertama final four di GOR Joyoboyo, Kediri, Jumat (8/2/2019). (foto: istimewa)
“Saat ini persiapan kami lebih banyak latihan receive. Pasalnya jump serve atau servis lompat dari lawan-lawan sangat berbahaya,” kata Hadi.
Di pertandingan lain, pelatih Bank SumselBabel, Pascal Wilmar tegaskan tidak gentar menghadapi Pertamina Energi. Bahkan Pascal merasa senang karena bersua lebih dulu dengan Pertamina.
“Semua tim yang lolos ke final four pasti sudah siap. Apalagi kami justru lebih senang di awal bertemu dengan Pertamina, ketimbang di awal sudah bertemu Samator,” ujar Pascal.
Jadwal final four Proliga di Kediri
Jumat, 8 Februari 2019
09:00 (putri) BNI 46 Jakarta vs Pertamina Energi Jakarta
16:00 (putri) PGN Popsivo Polwan Jakarta vs Bank BJB Pakuan Bandung
18:00 (putra) BNI 46 Jakarta vs Bhayangkara Samator Surabaya
20:00 (putra) Pertamina Energi Jakarta vs Bank SumselBabel Palembang
Sabtu, 9 Februari 2019
14:00 (putri) BNI 46 Jakarta vs Bank BJB Pakuan Bandung
16:00 (putra) Bhayangkara Samator Surabaya vs Bank SumselBabel Palembang
18:00 (putri) PGN Popsivo Polwan Jakarta vs Pertamina Energi Jakarta
20:00 (putra) Pertamina Energi Jakarta vs BNI 46 Jakarta
Minggu, 10 Februari 2019
14:00 (putri) Pertamina Energi Jakarta vs Bank BJB Pakuan Bandung
16:00 (putri) PGN Popsivo Jakarta vs BNI 46 Jakarta
18:00 (putra) Pertamina Energi Jakarta vs Bhayangkara Samator Surabaya
20:00 (putra) BNI 46 Jakarta vs Bank SumselBabel Palembang
OLENAS.ID – Persebaya Surabaya sudah melengkapi skuat untuk menghadapi kompetisi Liga 1 2019. Saat ini sudah 23 pemain yang menjadi bagian dari Persebaya, termasuk di antaranya pemain lama seperti Fandi Eko Utomo, Osvaldo Haay, Rendi Irwan Saputra, Rachmat Irianto.
Persebaya juga merekrut bek muda Hansamu Yama Pranata yang kian mengilap. Bek alumni tim nasional U-19 yang menjadi juara Piala AFF U-19 2013 ini mulai melejit saat membela Barito Putera. Bahkan dirinya tidak hanya menjadi tulang punggung di jantung pertahanan tetapi juga kapten timnas. Kini, Hansamu akan menjadi andalan di sektor belakang Persebaya.
Selain Hansamu masih ada Otavio Dutra (Brasil), Rachmat Irianto, dan Ruben Sanadi. Ketiganya merupakan pilar pertahanan Bajul Ijo di musim lalu.
Di bawah mistar, Persebaya sudah memiliki tiga kiper. Setelah mempertahankan kiper lawas Miswar Saputra, Persebaya mendatangkan Abdul Rohim dan Imam Arief Fadillah. Miswar sendiri sudah membela Persebaya sejak 2017. Di musim lalu, kiper berusia 22 ini menjadi pilihan pertama Persebaya.
Lini tengah Persebaya diyakini makin kuat dengan kehadiran tiga pemain anyar Alwi Slamat, Elisa Basna, dan Manuchekhr Dzhalilov. Pemain anyar kemungkinan bisa bertambah karena Persebaya tengah menunggu kedatangan gelandang asal Bolivia, Damian Lizio.
Kehadiran Dzhalilov menjadikan karakter menyerang Persebaya kian moncer. Meski bermain di tengah, namun gelandang asal Tajikistan ini terbilang produktif dalam urusan mencetak gol. Saat di Sriwijaya FC musim lalu, Dzhalilov yang meniti karier yuniornya di klub elite Rusia, Locomotive Moscow ini mencetak tujuh gol dan lima assist.
“Dzhalilov memang menjadi bidikan saya. Dia termasuk gelandang yang produktif dan sudah berpengalaman bermain di Indonesia. Saya sampai bersaing dengan klub lain untuk mendapatkan dia,” kata pelatih Persebaya Djadjang Nurjaman.
Osvaldo Haay, pemain muda yang dipertahankan Persebaya Surabaya karena performanya yang kian bersinar. (foto: Olenas.id/Gonang Susatyo)
Sementara itu, lini depan tak banyak berubah. Selain trio Irfan Jaya, Oktafianus Fernando, dan Osvaldo, Persebaya merekrut striker Amido Balde asal Guinea-Bissau. Penyerang berusia 27 ini pernah mencicipi Liga Skotlandia dengan memperkuat klub papan atas Celtic.
Djadjang menuturkan semua pemain yang menjadi bagian dari skuat Persebaya adalah rekomendasi dari dia. Ini yang menjadikan eks pelatih Persib Bandung ini optimistis timnya mampu bersaing di Liga 1.
Pemain Persebaya Surabaya
kiper: Miswar Saputra, Abdul Rohim, Imam Arief Fadillah; belakang: Abu Rizal Maulana, Andri Muliadi, Hansamu Yama Pranata, M. Syaifuddin, Novan Setya Sasongko, Otavio Dutra (Brasil), Rachmat Irianto, Ruben Sanadi; tengah: Rendi Irwan Saputra, Fandi Eko Utomo, Alwi Slamat, Elisa Basna, Manuchekhr Dzhalilov (Tajikistan), Misbakhus Solikin, M. Hidayat, Nelson Alom; depan: Irfan Jaya, Oktafianus Fernando, Osvaldo Haay, Amido Balde (Guinea- Bissau)
OLENAS.ID – Persis Solo tidak ingin gagal lagi. Musim 2019, Laskar Sambernyawa bakal bertarung habis-habisan demi mendapatkan tiket promosi ke Liga 1.
Langkah awal adalah mengamankan pelatih Agus Yuwono. Meski gagal memenuhi ekspetasi di musim lalu, namun Agus tetap dipertahankan. Manajemen tetap menaruh harapan besar bila eks pelatih Persija Jepara ini mampu meloloskan Persis ke kasta tertinggi.
Setelah menetapkan pelatih dan para asistennya, Persis segera menyeleksi pemain. Belum ada kepastian kapan Liga 2 digulirkan. Namun Persis ingin melakukan persiapan yang lebih lama agar Agus bisa membentuk tim yang solid.
Terakhir, soal dana yang tidak kalah penting. Kondisi finansial Persis memang relatif aman. Artinya mereka memiliki modal untuk mengarungi kompetisi.
Berapa besaran dana yang digelontorkan musim ini? Sekretaris Jenderal Persis, Dedi M. Lawe menuturkan dana yang disiapkan mencapai Rp9 miliar dengan target promosi ke Liga 1. Angka itu memang lebih kecil dibandingkan PSS Sleman yang dikabarkan menghabiskan Rp15 miliar untuk promosi sekaligus juara Liga 2 di musim lalu.
Meski demikian, Dedi menilai dana sebesar itu sudah cukup bagi Persis untuk menghadapi kompetisi. Apalagi, angka itu lebih tinggi dibandingkan musim lalu. Ini yang menjadikan Dedi optimistis Persis mampu bersaing di liga.
“Angkanya mengalami kenaikan. Kami menyiapkan dana Rp9 miliar. Kami optimistis musim ini target promosi bisa tercapai. Sudah saatnya Persis masuk Liga 1,” kata Dedi.
Persis sendiri segera menyeleksi pemain. Pelatih Agus merencanakan menggelar seleksi tertutup pada Rabu (13/2/2019). Sedangkan latihan perdana dilaksanakan pada Senin (18/2/2019).
“Selama persiapan, kami juga menyiapkan serangkaian uji coba. Saya ingin persiapan tim benar-benar lebih baik dan matang,” ujar Agus.
OLENAS.ID – Gagal tak membuat pelatih Agus Yuwono kehilangan posisinya di Persis Solo. Dirinya tetap diberi kepercayaan menangani Persis untuk menghadapi Liga 2 2019.
Sekretaris Jenderal Persis, Dedi M. Lawe menuturkan Agus tetap mendapat dukungan dari manajemen dan suporter. Dirinya pun berharap Agus menuntaskan misi yang tertunda, yaitu promosi ke Liga 1 musim depan.
“Pelatih Persis tetap dipercayakan kepada Agus Yuwono. Penunjukan pelatih Agus mendapat dukungan sepenuhnya dari manajemen dan suporter. Kami menaruh harapan besar kepada Agus untuk menghadapi kompetisi,” ujar Dedi.
Pelatih Agus pun sudah langsung bergerak cepat dalam mempersiapkan tim. Rencananya, dia akan melakukan seleksi tertutup pada Rabu (13/2/2019). Dan dalam tempo satu atau dua hari kemudian, pemain yang diseleksi sudah bisa diikat kontrak oleh Persis.
Menurut dia sebagian pemain lama masih akan dipertahankan. Dirinya juga selektif untuk pemain baru yang akan direkrutnya. Dengan target tinggi setelah beberapa kali gagal, Agus sangat berharap mereka yang menjadi tulang punggung Laskar Sambernyawa memang bisa diandalkan. Pasalnya dia diharapkan bisa membawa Persis kembali ke kasta tertinggi. Ini yang menjadikan Agus tak main-main dalam mempersiapkan tim.
“Pemain baru harus memiliki karakter sesuai yang saya inginkan. Dia harus bisa bermain di beberapa posisi. Lebih dari itu, pemain harus punya mentalitas kuat dan stamina bagus karena saya ingin pemain yang dinamis. Mereka jangan terpaku di posisinya saja,” ujar Agus.
Demi membentuk skuat yang kuat dan solid, Agus mengaku dirinya membutuhkan waktu lebih dari dua bulan. Namun persiapan selama dua bulan, menurut mantan pelatih Perseru Serui ini, sesungguhnya sudah cukup ideal.
“Dengan banyaknya pemain baru, saya berharap persiapannya bisa lebih lama atau setidaknya lebih dari dua bulan. Dengan demikian, saya bisa mendapatkan skuat yang solid dan kuat untuk berkompetisi di Liga 2,” katanya.
Persoalannya, klub-klub Liga 2 belum mendapat kepastian kapan kompetisi digulirkan lagi. Menurut informasi, kompetisi akan dilaksanakan pada awal Juli 2019. Hanya, Persis belum mendapat kepastian apakah akan digulirkan pada 2 Juli.
“Informasinya kick-off pada 2 Juli. Tetapi ini masih simpang-siur. Kami belum mendapat kepastian. Meski demikian, tim bisa dipersiapkan mulai Maret sampai Mei,” kata Dedi.
Persis, di musim lalu, hanya mampu bertahan sampai penyisihan grup. Mereka kalah head-to-head dengan Persiraja Banda Aceh dan Aceh United meski ketiga tim itu sama-sama memiliki poin 35.
Agus sendiri tidak menangani Persis sejak awal musim ini. Dirinya datang ke Solo menggantikan Jadfri Sastra.
OLENAS.ID– Pentingnya menambah jam terbang pertandingan bagi pemain yunior yang sudah mentas dari Sekolah Sepak Bola (SSB). Selepas SSB, pemain yunior sudah mulai ditempa teknik dan taktik.
Dan mereka butuh menerapkan ilmu yang sudah diterimanya lewat pertandingan. Anak-anak usia 15 atau 16 tahun ke atas memang sudah membutuhkan lebih banyak pertandingan. Berbeda dengan anak-anak SSB yang bermain sepak bola sebagai sebuah kegembiraan. Mereka lebih banyak fun dan penyelenggaraan event untuk anak-anak SSB seharusnya lebih berupa festival ketimbang kejuaraan.
Jam terbang pertandingan jelas lebih dibutuhkan bagi pemain yang sudah berusia minimal 15. Ini yang mendorong Solo Football Academy (SFA) menggelar turnamen lokal, Community Cup. Turnamen yang lebih bersifat uji coba ini digelar di Lapangan Gedongan, Karanganyar, Selasa (5/2/2019).
Turnamen diikuti tim-tim dari Solo dan sekitarnya. Menurut Q. Erik Maskuri, pimpinan SFA sekaligus ketua penyelenggara, Community Cup diikuti enam tim, Binara Football Academy (Karanganyar), PS Adidas (Solo), Mars (Solo), Madya Pemda Solo dan Tunas Proksi dari Klaten serta SFA sebagai tuan rumah. Pertandingan berlangsung sehari penuh dengan format 25×2.
“Ini untuk mengisi waktu luang dan menjalin persaudaraan sesama klub yang membina pemain muda. Tidak ada hadiah uang tetapi cukup trofi saja. Tim yang diundang cukup disediakan transportasi dan konsumsi,” tutur Erik.
Binara Football Academy saat menghadapi PS Adidas di pertandingan Community Cup di Lapangan Gedongan, Karanganyar, Solo, Selasa (5/2/2019). (foto: Olenas.id/Gonang Susatyo)
Dilanjutkannya, “Kami hanya ingin memberikan jam terbang pertandingan bagi anak-anak. Tidak ada target lain. Dan itu juga sudah dimengerti para peserta. Meski demikian, mereka antusias mengikutinya karena pengelola klub juga menyadari anak asuhannya butuh jam terbang pertandingan.”
Turnamen tersebut dilaksanakan setiap satu bulan sekali dengan lawan yang berbeda. Sedangkan tim-tim yang diundang lebih banyak berasal dari Solo Raya dan sekitarnya. Namun turnamen juga pernah menghadirkan tim-tim kuat semisal UNY Yogyakarta dan tim Porprov Solo.
“Untuk pemain di usia mereka memang butuh lebih banyak pertandingan. Akademi kami misalnya rutin menggelar uji cob setiap pekan. Sedangkan turnamen seperti ini digelar sebulan sekali dengan lawan yang berbeda. Tidak hanya memberi jam terbang pertandingan, ini juga menjadi ajang persiapan menghadapi Piala Suratin U-16 dan U-17 atau mereka mungkin menghadapi kejuaraan resmi,” kata Erik lagi.
Turnamen lokal yang sesungguhnya hanya sebuah uji coba namun sangat berarti bagi anak-anak muda yang masih dalam taraf pembinaan. Saat pertandingan, pelatih pun memberi instruksi kepada anak asuhannya untuk memainkan skema tertentu. Dan skema itu kemudian diubah saat mereka menghadapi pertandingan berikutnya.
Di turnamen itu, Binara FC tampil sebagai juara. Di semifinal, mereka mengalahkan Madya Pemda 5-4 lewat adu penalti. Di final, Binara FC menaklukkan Mars 1-0.
OLENAS.ID – Persija Jakarta mendapat lawan tangguh di preliminary round 2 Liga Champions Asia. Usai menyingkirkan wakil Singapura, Home United 3-1, selanjutnya Persija menantang Newcastle Jets di kualifikasi putaran kedua.
Seperti saat menghadapi Home United, mereka kembali melakoni laga tandang. Duel melawan Newcastle yang bertindak sebagai tuan rumah akan digelar pada Selasa (12/2/2019).
Kali ini, Newcastle memang bukan lawan mudah bagi Persija. Musim lalu, Newcastle menduduki peringkat di Liga Australia (A-League). Tim tersebut juga diperkuat deretan pemain nasional Australia, termasuk Dimitrios Petratos yang pernah mengantarkan Brisbane Roar, klub milik Bakrie, menjadi juara Liga Australia.
Selain itu, Newcastle memiliki penyerang andalan Roy O’Donovan. Pemain asal Irlandia ini ternyata pernah berkostum Mitra Kukar pada 2015. Saat itu, Mitra Kukar berkompetisi di kasta tertinggi, Liga Super Indonesia.
Donovan didatangkan dari Brunei usai menorehkan prestasi memuaskan saat memperkuat DPMM FC yang berkompetisi di Liga Singapura. Penyerang yang pernah ditangani pelatih asal Italia Giovanni Trapattoni di tim nasional Irlandia ini menjadi marquee player di Liga Singapura.
Namun, Donovan hanya mampu bertahan selama dua bulan di Indonesia. Situasi sepak bola nasional yang tidak menentu mengakibatkan kompetisi mengalami ketidakjelasan membuat dirinya hengkang dari Indonesia.
Saat itu, Mitra Kukar akan melakoni laga perdana liga melawan Persebaya Surabaya. Hanya, kompetisi yang hendak dimulai kemudian dihentikan. Laga Persebaya melawan Mitra Kukar pun batal.
Donovan merupakan salah satu pemain impor Newcastle. Selain dirinya, Newcastle diperkuat gelandang timnas Venezuela Ronald Vargas dan striker Jair da Silva. Penyerang asal Brasil ini pernah bermain di Jepang, Korea Selatan dan China.
Dengan skuat yang mumpuni dari Newcastle, tampaknya Macan Kemayoran harus bekerja ekstra keras meladeni rivalnya.
OLENAS.ID – Persija Jakarta mengawali pertarungan di Liga Champions Asia 2019 dengan hasil memuaskan. Di preliminary round pertama, Persija menghadapi tuan rumah Home United di Stadion Jalan Besar, Singapura, Selasa (5/2/2019) malam WIB.
Di babak tersebut memakai format sekali pertandingan. Dan, Persija sukses menaklukkan Home United dengan skor 3-1. Kemenangan itu mengantarkan Macan Kemayoran ke preliminary round 2 Liga Champions. Artinya, juara Liga 1 2018 ini masih bertarung di babak kualifikasi.
Kemenangan itu sekaligus menuntaskan dendam Persija. Pada dua pertemuan di semifinal Piala AFC zona Asia Tenggara, musim lalu, Ramdani Lestaluhu dkk selalu mengalami kekalahan dari Home United. Kini, Persija sukses melakukan revans.
Setelah menyingkirkan rivalnya, tim asuhan Ivan Kolev akan bertemu wakil dari Australia di babak berikutnya. Ya, Persija kembali melakoni laga tandang melawan Newcastle Jets, Selasa (12/2/2019).
Di laga melawan Home United, Persija mampu menguasai permainan. Bahkan mereka sudah unggul saat laga baru berjalan sembilan menit lewat gol bunuh diri Ho Wai Loon.
Pemain Persija Jakarta, Ismed Sofyan (tengah), Marko Simic dan Alberto Goncalves (kiri) yang berstatus pinjaman, merayakan gol di pertandingan melawan Home United. (foto: Persija.id)
Tuan rumah baru bisa menyamakan skor menjelang akhir babak pertama. Gol Home United dihasilkan Song Ui-Young yang memanfaatkan umpan terobosan Abdul Hameed menit 43.
Di babak kedua, Persija sempat mendapat tekanan. Namun mereka mampu keluar dari tekanan tersebut dan kembali unggul 2-1 melalui gol pemain pinjaman Alberto Goncalvez menit 55. Gol itu tidak terlepas dari peran Riko Simanjuntak. Umpan matang dari pemain bertubuh mungil ini sukses dituntaskan oleh Goncalves.
Riko juga berperan dalam proses terciptanya gol ketiga Persija. Umpan silangnya diselesaikan dengan baik oleh striker Marko Simic di menit 84. Persija pun menutup laga dengan keunggulan 3-1.
OLENAS.ID – Ke mana Persis Solo ber-home base musim depan? Saat Stadion Manahan, Solo mulai direnovasi pada 2018, Persis terpaksa tidak bisa menggelar pertandingan kandang di kompetisi Liga 2 2019.
Sebelumnya, Persis dikabarkan hendak bermarkas di Bekasi. Soal suporter diyakini tak masalah karena tak sedikit Pasoepati, pendukung Persis, yang menetap di Jakarta. Selain Bekasi, manajemen klub juga membidik kota-kota di sekitar Solo seperti Sleman, Klaten, Sragen, Madiun dan bahkan Magelang.
Pilihan Persis akhirnya jatuh di Kota Sleman. Mereka pun ber-home base di Stadion Maguwoharjo saat mengarungi kompetisi kasta kedua musim ini. Maguwoharjo menjadi pilihan karena kapasitasnya yang cukup besar, 25 ribu tempat duduk. Ini tentu bisa menampung suporter Persis yang termasuk besar.
“Kami sudah mencari beberapa tempat untuk dijadikan sebagai home base Persis. Pasalnya Stadion Manahan belum bisa dipergunakan saat kami berkompetisi di musim 2019. Dari berbagai pilihan, kami menetapkan ber-home base di Sleman. Kami akan memakai Stadion Maguwoharjo di pertandingan kandang,” kata Dedi M. Lawe, Sekretaris Jenderal Persis.
Kapasitas Stadion Moch. Soebroto di Kota Magelang memang tidak kalah besar dengan Maguwoharjo. Hanya Maguwoharjo yang lebih dekat ketimbang Magelang bila dari Solo sehingga ini menjadi pertimbangan manajemen.
“Sleman lebih dekat dibandigkan Magelang. Jadi suporter hanya menggunakan satu jalur untuk menuju Maguwoharjo. Akses menuju stadion juga banyak pilihan sehingga tak menyulikan mereka yang membawa kendaraan,” ujarnya.
Dipertimbangkan Matang
Menurut Dedi, kepindahan home base ke Sleman sudah dipertimbangkan secara matang. Pasalnya ini juga menyangkut hubungan suporter Persis dengan pendukung PSS Sleman yang bermarkas di Maguwoharjo.
Mengikuti perkembangan hubungan kedua suporter yang terjadi, Dedi optimistis Persis bisa diterima dengan baik di Sleman. Apalagi hubungan mereka yang pernah merenggang sudah mulai pulih.
“Hubungan suporter sudah terjalin baik. Saat digelarnya celebration match di Maguwoharjo, suporter Persis juga disambut dengan baik. Sayangnya ada insiden di jalan yang mengakibatkan suporter meninggal. Ini tidak boleh terjadi lagi di masa mendatang,” kata Dedi lagi.
Persis akan menyelesaikan administrasi dan menemui elemen sepak bola Sleman terkait dengan pemakaian Stadion Maguwoharjo. Mereka juga bersilaturahmi dengan Kapolda DI Yogyakarta karena ini juga menyangkut perizinan pertandingan.
OLENAS.ID – Boleh mengikuti banyak nomor lomba renang memungkinkan satu atlet memborong banyak medali. Terutama bila dirinya tak ada lawan yang mengimbangi saat berlaga di Kejuaraan Nasional (Krasnas) Renang Antarsekolah dan Perguruan Tinggi di Yogyakarta yang berakhir Minggu (3/2/2019).
Ambil contoh perenang cilik asal Bali, Ni Putu Pande Lisa Primasari. Perenang yang mewakili sekolahnya yaitu sebuah home schooling sukses memborong 11 emas dalam kejurnas yang digelar oleh Forum Klub Renang Sleman di di Kolam Renang Tirta Krida, AAU, Yogyakarta.
Prestasi yang mengesankan karena sekolah tempatnya menimba ilmu, Home Schooling Primagama, Denpasar, mampu meraup 11 emas dan dua perak. Semua emas dan perak yang diperoleh sekolah itu berasal dari Pande Lisa yang turun di kelompok umur (KU) 3. KU tersebut untuk perenang yang berusia 12 sampai 13 tahun.
“Prestasi Pande Lisa memang sangat bagus. Dia sudah menunjukkan talentanya. Dari nomor-nomor yang diikutinya, dia selalu meraih emas. Kami berharap prestasinya makin meningkat. Apalagi usianya masih muda,” kata Ismadi, Ketua Panitia Pelaksana Krasnas.
Seorang perenang saat melakukan start di lomba yang diikutinya di Krasnas Renang Antarsekolah dan Perguruan Tinggi di Yogyakarta, Minggu (3/2/2019). (foto: Olenas.id/Gonang Susatyo)
Sukses itu menjadikan Pande Lisa terpilih sebagai atlet terbaik kategori SD. Dia juga mengantarkan HS Primagama sebagai yang terbaik untuk kategori SD. HS Primagama mengungguli SDN 3 Banjar Jawa, yang menjadi pesaingya. SD itu meraih 10 medali emas. Selanjutnya, SDN Sidorejo, Sleman, DI Yogyakarta, yang mendapatkan sembilan emas dan satu perak menduduki peringkat ketiga.
Tidak hanya Pande Lisa, hal sama dilakukan Valeria Pauline, perenang andalan Universitas Pembangunan “Veteran”, Yogyakarta. Valeria meraup sembilan medali emas yang mengantarkan UPN menjadi terbaik untuk kategori perguruan tinggi.
UPN meraih sembilan emas dan semuanya berasal dari Valeria. UPN jauh mengungguli Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Buleleng, yang menduduki peringkat dua. Universitas dari Bali ini meraih empat emas, dua perak dan dua perunggu. Menariknya, empat emas itu diborong hanya satu perenang, Dewa Gede Anom Artha.
“Mereka bisa meraih banyak medali karena mengikuti banyak nomor. Keberhasilan Pande Lisa, Valeria maupun Dewa Gede juga menjadikan mereka terpilih sebagai atlet terbaik. Di kejurnas ini, penentuan atlet dan sekolah terbaik didasarkan pada kategori jenjang pendidikan. Jadi ada juara kategori SD, SMP, SMA sampai perguruan tinggi. Namun tidak ada juara umum,” ujarnya.
Perenang cilik saat beraksi di Krasnas Renang Antarsekolah dan Perguruan Tinggi di Yogyakarta, Minggu (3/2/2019). (foto: Olenas.id/Gonang Susatyo)
Sementara, SMP Santa Ursula, Bandung, terpilih sebagai yang terbaik di kategori SMP. Sekolah tersebut meraih sembilan medali emas yang kesemuanya disumbangkan Philomena Balinda. SMP Santa Ursula sukses mengungguli SMPN 3 Sleman yang mendapatkan enam emas dan dua perak.
Sedangkan SMAN 2 Sragen tampil sebagai yang terbaik di kategori SMA. Sekolah tersebut meraih tiga emas, tiga perak dan satu perunggu.
DIY dan Bali bersaing ketat untuk atlet terbaik. Dari KU 1 sampai senior putra dan putri, baik DIY maupun Bali tercatat menyumbang lima perenang yang menjadi terbaik. Jawa Barat dan Jawa Tengah masing-masing menyumbang satu perenang yang menjadi terbaik. (Ive)
OLENAS.ID – Tawaran dari klub Liga 1 selalu menghampiri Raymond Ivantonius Tauntu, 26, setelah menghabiskan musim kompetisi bersama PSIM Yogyakarta di Liga 2. Sempat tergoda menyambut pinangan itu, Raymond kemudian menolaknya. Mengapa gelandang asal Makassar ini menempatkan PSIM yang sudah dibelanya sejak 2015 sebagai prioritas pertama? Bagaimana cerita Raymond soal sahabatnya Hendika Arga yang meninggalkan sepak bola? Berikut wawancara OLENAS.IDdengan cucu eks pemain tim nasional Yos Parera ini.
Bagaimana menghadapi kompetisi musim 2019? Ada tawaran dari klub-klub Liga 1 atau Liga 2?
Ada beberapa klub Liga 1 yang memberikan penawaran untuk bergabung melalui trial. Hanya kalau pemain yang lolos lewat trial biasanya malah sulit mendapat tempat di tim utama. Padahal saya ingin mendapat kesempatan lebih banyak bermain. Tentu ada tawaran yang membuat saya saya tertarik untuk bergabung. Saat saya menyampaikannya kepada manajemen PSIM, mereka kemudian menjelaskan kalau musim 2019 ini PSIM target promosi. Terutama bila target sponsor tercapai karena mereka menghendaki PSIM naik kasta. Saya pun batal menerima tawaran itu dan tetap memprioritaskan PSIM.
Mengapa ingin bertahan di PSIM? Sudah mendapat kepastian kalau Anda dipertahankan PSIM?
PSIM tetap prioritas saya. Ini yang membuat saya menolak tawaran dari klub Liga 1, apalagi yang Liga 2. Daripada bergabung dengan tim Liga 2, lebih baik saya tetap di PSIM. Saya memang ingin tetap bertahan karena sudah kadung cinta PSIM. Fanatisme suporter dalam memberi dukungan menjadi tantangan bagi saya untuk tampil maksimal di setiap pertandingan PSIM. Apakah saya bakal dipertahankan? Yang jelas saya sudah berkomunikasi dengan manajemen terkait masa depan saya di PSIM. Dan, pelatih tentu tahu kemampuan saya.
Bukankah PSIM kerap mengalami kesulitan finansial yang mengakibatkan gaji pemain mengalami penundaan pembayarannya?
Kondisi finansial klub mungkin memang kurang bagus. Akibatnya gaji pemain beberapa kali mengalami penundaan. Tetapi bukan berarti tidak dibayarkan. Manajemen selalu berkomitmen menyelesaikannya dan komitmen itu selalu dipenuhi. Begitu kompetisi selesai, hak pemain akan diselesaikan juga. Bahkan musim lalu kami mendapat bonus tambahan karena berhasil mempertahankan PSIM di Liga 2.
Raymond Tauntu berambisi membawa PSIM Yogyakarta promosi ke Liga 1 bila dirinya tetap dipertahankan oleh Laskar Mataram ini. (foto: Olenas.id/Gonang Susatyo)
Apakah PSIM memang menargetkan promosi musim ini?
Itu yang disampaikan kepada saya. Saat ini PSIM tengah menjalin komunikasi dengan beberapa sponsor. Mereka ingin PSIM promosi. Setelah mengetahui PSIM memiliki target tinggi, saya kian termotivasi untuk tetap bertahan di PSIM. Saya ingin turut mengantarkan PSIM promosi ke Liga 1.
Apakah Anda memang berjodoh dengan PSIM? Bukannya PSIM sebelumnya bukan prioritas Anda?
Betul, saat itu saya justru trial di klub lain yang juga dari Liga 2. Namun saya kemudian mendapat tawaran bergabung dengan PSIM. Ternyata saya langsung klop dan bergabung pada 2015. Meski berasal dari Makassar, tetapi saya bisa betah menetap di Yogyakarta. Bila tetap di PSIM, ini akan menjadi tahun keempat saya. Sepertinya saya tidak ingin pindah. Kecuali bila PSIM sudah tidak membutuhkan saya.
Kapan Anda kembali bergabung dengan PSIM? Harapan Anda untuk PSIM agar bisa promosi ke Liga 1?
Rencananya pertengahan Februari ini sudah dipanggil untuk persiapan tim menghadapi kompetisi. Ini informasi dari manajemen klub sehingga saya diminta untuk bersiap-siap. Saya berharap skuat PSIM bisa lebih baik dan kuat di musim ini. Persiapan tim juga lebih panjang. Dengan demikian, tim benar-benar siap menghadapi kompetisi. (Musim lalu persiapan PSIM boleh dibilang agak terlambat. Saat tim-tim lain sudah melakukan persiapan dan bahkan beruji coba, PSIM baru menyeleksi pemain).
Rekan Anda, Hendika Arga, tidak hanya meninggalkan PSIM tetapi juga sepak bola. Anda tidak merasa kehilangan dengan keputusan Arga pensiun dini?
Tentu saya kehilangan dia karena Arga sahabat terdekat saya. Saat gabung dengan PSS Sleman, dia selalu komunikasi dengan saya. Biasanya malam saat menjelang istirahat, kami saling bertelepon. Saya tidak tahu alasan yang pasti mengapa dia meninggalkan sepak bola. Tetapi kami sempat berkomunikasi secara intensif selama tiga hari terakhir sebelum dia mengumumkan untuk pensiun. Saat itu dia sudah bicara akan mundur. Hanya dia tidak menjelaskan mengapa dia melakukannya. Saya juga tidak mencoba untuk bertanya. Meski demikian, saya mencoba merayu dia untuk membatalkan keinginan mundur dari sepak bola. Sampai saat ini saya masih berharap dia berubah pikiran dan kembali ke sepak bola.
Persahabatan dua pilar PSIM Yogyakarta, Raymond Tauntu (kiri) dan Hendika Arga Permana. Saat Arga memutuskan pensiun dini, Raymond tetap berharap suatu saat nanti sahabat dekatnya kembali ke lapangan hijau. (foto: Olenas.id/Gonang Susatyo)
Saat libur kompetisi, Anda mencoba mengikuti tarikan kampung (tarkam) atau menghabiskan waktu hanya dengan berlatih saja?
Sebetulnya bukan tarkam yang saya ikuti, tetapi turnamen lokal. Saya bergabung dengan klub amatir lokal dan kemudian bermain di sebuah turnamen. Pemain di tim maupun lawan pun banyak dari teman-teman di Liga 2. Saya juga bermain bersama teman-teman di PSIM seperti Ismail Haris dan yang lain.
Tidak takut cedera karena menghadapi permainan keras dari pemain lokal saat bermain di turnamen?
Jangan salah, skill dan teknik pemain daerah tidak kalah dengan pemain liga. Teknik bermain mereka juga bagus. Tidak asal ambil kaki lawan. Dulu pemain daerah dikatakan kasar dan tidak tahu teknik. Bahkan mereka cenderung brutal. Tetapi kini sudah berubah. Mereka tetap bisa bermain bagus dan tidak ingin mencederai lawan. Lewat turnamen lokal, saya setidaknya bisa menjaga kondisi dan mengasah kemampuan. Kebetulan jadwal turnamen cukup padat sejak Desember tahun lalu. Honornya pun lumayan.
Mengapa tidak kembali bermain futsal? Bukannya dulu pernah bergabung dengan klub futsal dan ikut kompetisi?
Dulu memang pernah bermain futsal. Gara-gara frustrasi gagal masuk tim nasional U-16. Diperebutkan dua klub, akhirnya saya malah dipulangkan. Padahal, saya sudah termasuk 23 pemain yang berangkat ke Uzbekistan mengikuti Piala Asia U-16. Hanya beberaapa hari sebelum keberangkatan saya dipulangkan PSSI karena dua klub sama-sama mengklaim yang memiliki saya. Saat itu saya sempat frustrasi dan tak ingin bermain bola lagi. Biar tidak larut dalam kesedihan, saya mulai bermain futsal dan sempat memperkuat beberapa klub futsal.
Lewat futsal, saya bisa bangkit dan kembali ke sepak bola. Meski demikian saya masih bolak-balik dari sepak bola kembali ke futsal dan kembali lagi ke sepak bola. Saat libur kompetisi, saya memperkuat klub futsal dan bermain di kompetisi. Terakhir, saya memperkuat Pinky Boys. Saya bisa gabung setelah sepakat bila ada tawaran dari klub sepak bola, saya akan meninggalkan Pinky Boys. Ternyata pemilik klub tak keberatan. Begitu PSIM kembali memanggil, saya pun meninggalkan futsal. Terus terang kontrak yang saya terima di klub futsal lebih besar dibandingkan di PSIM. Tetapi sekali lagi passion saya memang di sepak bola. Dan saya sudah sehati dengan PSIM sehingga tidak bisa meninggalkannya.
Kalau di saat ini saya tak lagi bermain futsal. Kebetulan banyak tawaran bermain di turnamen lokal.
Raymond apakah memang dari keluarga sepak bola? Atau hanya Raymond saja yang menekuninya?
Hanya saya yang menekuni sepak bola. Kebetulan opa (kakek) saya, Yos Parera, mantan pemain bola era Galatama. Beliau pernah bermain di Persija Jakarta dan Warna Agung. Sempat juga masuk timnas. Opa yang mendorong dan menyemangati saya untuk menekuni bola. Makanya saya lebih dekat dengan opa. Posisi saat bermain pun tak jauh beda. Opa seorang playmaker dan gelandang serang. Saya biasa bermain sebagai gelandang bertahan meski kerap didorong ke depan juga. Istilahnya, deep lying playmaker. Tetapi saya tidak ngefan Andrea Pirlo yang legenda di posisi itu. Idola saya justru Alessandro del Piero…ha…ha…ha