Beranda Berita Analisis dan Fakta Gempa Bumi Lombok Utara

Analisis dan Fakta Gempa Bumi Lombok Utara

1
0

Gempa Bumi Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. OLENAS.ID – Gempa bumi selalu menjadi peristiwa alam yang memicu perhatian global. Pada Selasa 29 Agustus 2023 pukul 02.55 WIB, sebuah gempa bumi berkekuatan M 7,1, mengguncang Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.

Gempa ini memiliki episenter pada koordinat 6,94 derajat Lintang Selatan dan 116,57 derajat Bujur Timur. Dengan hiposenter yang sangat dalam sekira 525 km di bawah permukaan laut. Informasi ini sekaligus mengoreksi laporan awal dari BMKG yang menyebut, kekuatan episenter mencapai M 7,4 dengan hiposenter dangkal di kedalaman 10 km.

Menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, gempa ini merupakan jenis gempa bumi dalam (deep focus). Gempa yang dipicu oleh aktivitas slab pull. Artinya, Lempeng Australia mengalami tarikan ke bawah, akibat pengaruh gaya gravitasi.

Baca Juga: Kulonprogo Dukung Pembentukan Griya Abhipraya

Mekanisme pergerakan gempa ini adalah kombinasi pergerakan mendatar turun (oblique normal). Gempa ini dirasakan di berbagai daerah. Skala intensitas Modified Mercalli Intensity (MMI) mencapai tingkat V di Kuta, Bali, yang berarti getaran dirasakan hampir oleh semua penduduk.

Di beberapa daerah lain seperti Gianyar, Denpasar, Waingapu, Lombok, dan Sumbawa, intensitas guncangan bahkan mencapai tingkat VI MMI. Namun, di beberapa daerah lain seperti Karangkates dan Banjarmasin, intensitasnya lebih rendah.

Hingga saat ini, tidak ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut. Hal itu dimungkinkan karena kedalaman hiposenter yang sangat dalam.

Baca Juga: Aksi Damai Ojol, Pemda DIY Siapkan Payung Hukum Soal Tarif

Pergerakan Lempeng Indo-Australia ke arah Lempeng Eurasia telah menjadi perhatian sejak 1989, melalui penelitian sistem pemosisian global (GPS). Gerakan relatif Pulau Christmas yang berada di Lempeng Indo-Australia terhadap Jawa bagian barat yang berada di Lempeng Eurasia adalah sekitar 6,7-7 milimeter per tahun.

Ini menjadikan daerah seperti Jawa hingga Nusa Tenggara Timur, rentan terhadap gempa. Gempa dari lengan lempeng dengan sumber yang dalam umumnya tidak memiliki dampak besar di permukaan.

Gempa ini mengingatkan kompleksitas geologi planet, dan perlunya terus memantau dan memahami peristiwa alam tersebut.***