OLENAS.ID – Dinas Sosial (Dinsos) DIY, menggelar kegiatan penyuluhan sosial melalui media peraga pertunjukan wayang yang mereka sebut dengan wayang Cakruk.
Wayang Cakruk, adalah pertunjukan wayang yang memotret kondisi kehidupan masyarakat. Seperti diketahui biasanya, permasalahan sosial yang ada di tengah masyarakat, dibahas di gardu ronda yang biasa disebut oleh warga di DIY dengan cakruk.
Wayang Cakruk, diadaptasi dari pertunjukan wayang orang. Pertunjukannya dengan menciptakan tokoh-tokoh yang menjadi potret manusia-manusia Cakruk, dengan berbagai profesi. Singkatnya, wayang Cakruk adalah sarana sosial berbalut budaya, yang dinilai cukup efektif dan mengena.
Baca Juga: Runner-Up BWF World Championship 2023, Apri: Buah Kesabaran dan Latihan
Penyusulan berbalut acara kebudayaan menjadi pilihan karena dinilai akan memunculkan antusias masyarakat untuk mengikuti pertunjukannya. Sehingga diharapkan, materi yang disosialisasikan menjadi lebih cepat diterima oleh masyarakat luas.
Lakon yang dimainkan adalah seputar permasalahan sosial, mulai dari akar masalah sampai dengan solusinya. Penyajian dilakukan dengan pengemasan sedemikian rupa, sehingga bisa menampilkan kesan polos, lucu, natural dan tidak berjarak dengan masyarakat yang menyaksikannya.
Pementasan wayang Cakruk dilakukan secara bergiliran dengan tema yang berbeda-beda. Di 2023 ini, total pementasan dilakukan di 39 titik di kabupaten dan kota se-DIY.
Baca Juga: Maung Bandung Akhirnya Rasakan Kemenangan Kandang
“Untuk Agustus 2023 ini bertema ‘Terus Melaju Untuk Indonesia Maju.’ dengan lokasi pementasan di lima titik di Bantul dan Gunungkidul. Melalui wayang Cakruk juga disampaikan sosialisasi terkait tugas dan fungsi dari Dinsos,” ujar Kepala Dinsos DIY Endang Patmintarsih, seperti di kutip jogjaprov.go.id.
Penyuluhan sosial melalui wayang Cakruk merupakan upaya melakukan Komunikasi, Informasi, Motivasi dan Edukasi (KIME) secara tidak langsung kepada individu, kelompok maupun lembaga. Pementasan ini terbuka untuk umum dan gratis tanpa dipungut biaya.
Endang Patmintarsih mengatakan, wayang Cakruk sengaja dipilih guna memudahkan dan mengefektifkan sosialisasi program maupun permasalahan sosial kepada masyarakat. Melalui pendekatan budaya wayang Cakruk, masyarakat diharapkan lebih cepat memahami dan memiliki antusias.
Baca Juga: Ini 5 Rekomendasi Wisata Hidden Gem di Magelang
“Kita mengadakan sosialisasi lewat wayang Cakruk supaya nilai-nilai budaya berikut pemahaman masyarakat terhadap berbagai permasalahan sosial. Masyarakat harus diedukasi supaya memahami, jika merasa tidak tepat menerima bantuan merasa malu maka harus dikembalikan. Jadi ini kita lewat budaya berupa Wayang Cakruk,” papar Endang.
Dalam pertunjukan wayang Cakruk, sang dalang akan berinteraksi dengan melakukan tanya jawab. Sehingga apa yang disampaikan cepat dipahami oleh masyarakat.
Sasaran yang dibidik program ini adalah tokoh masyarakat mulai dari RT,/RW, lurah, tokoh agama dan tokoh lainnya. “Yang punya wilayah harus tahu dulu nih, tokoh masyarakatnya harus mengerti ternyata masalah sosial sangatlah banyak. Ada tentang adopsi ilegal, anak terlantar, penyandang disabilitas, lansia dan lain-lain. Masyarakat sangat harus tahu dan tokoh masyarakat memahami. Masyarakat harus ikut mengedukasi bersama -sama kami,” pungkasnya.
Wayang cakruk sudah dipentaskan sejak 2017. Wayang Cakruk juga menyimbolkan orang-orang yang bermasalah sosial, dan membuat cerita pendek yang disampaikan sang dalang. ***










