OLENAS.ID – Jakarta baru diguyur hujan pada Kamis 27 Agustus 2023 malam, setelah sekian lama tidak turun hujan. Hujan yang turun tersebut diklaim sebagai hasil dari hujan buatan, yang dilakukan oleh pemerintah guna mengurangi polusi udara di DKI Jakarta dan sekitarnya.
Seperti diketahui, belakangan ini ramai di media sosial memperlihatkan kondisi udara di Jakarta yang penuh dengan polusi. Kondisi tersebut dapat terlihat jelas oleh mata telanjang, apalagi dari ketinggian. Beberapa video yang beredar memperlihatkan kondisi udara Jakarta yang semakin kotor dapat dilihat dari jendela pesawat.
Hujan buatan hasil rekayasa tersebut dilakukan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dengan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).
Baca Juga: Larissa Chou Kenalkan Sosok Pria Kepada Anaknya
Upaya modifikasi dibantu oleh BRIN, BNPB, dan TNI AU. Meskipun hujan buatan berhasil dilakukan, tetapi keefektifannya dalam mengurangi polusi udara Ibu Kota dinilai masih kurang. Terlepas dari dampak dan hasil dari hujan buatan tersebut, apa saja bahan yang digunakan untuk membuat hujan buatan?
Menurut BMKG, bubuk garam NaCl digunakan untuk merekayasa cuaca dan mempercepat potensi pertumbuhan awan hujan dengan menyemainya. Garam NaCI adalah Natrium klorida atau yang sering dikenal dengan garam dapur, atau halit.
Setiap 100 gram NaCl mengandung 39,34 g Na dan 60,66 g Cl.
Baca Juga: Transformasi TKL Ecopark Kota Magelang Juara II Kompetisi Investment Challenge 2023
Menurut laman brin.go.id, selain NaCI, bahan kimia lain yang bisa digunakan untuk penyemaian awan atau cloud seeding adalah urea dan CaCl2. Penyemaian bahan kimia tersebut dilakukan menggunakan pesawat di ketinggian 4.000 hingga 7.000 kaki.***










