OLENAS.ID – Ratusan warga yang tinggal di lereng Gunung Merbabu tepatnya di Desa Candisari, Kecamatan Gladagsari, memadati lokasi makam Ki Ageng Pantaran, Syech Maulana Ibrahim Magribi. Warga tumpah ruah untuk menyaksikan tradisi buka luwur atau pergantian tutup nisan.
Buka luwur atau kain penutup nisan makam berwarna putih, dilakukan oleh juru kunci makam. Setelah luwur dibuka, dilanjutkan acara tabur bunga. Setelahnya dilakukan rayahan atau warga berebut gunungan.
Gunungan yang menjadi bahan berebut dibuat dari hasil bumi seperti sayuran dan buah buahan. “Tradisi ini perlu dilestarikan, karena di dalam tradisi berisi banyak pembelajaran. Ini juga mengandung makna kehidupan. Dan tempat ini juga menjadi obyek wisata religious bagi warga,” ungkap Bupati Boyolali M.Said, seperti dikutip boyolalikab.go.id.
Baca Juga: Antisipasi Kualitas Udara Kemarau, Warga Yogyakarta Diimbau Tetap Pakai Masker
Tokoh masyarakat setempat Ayup Sarjana menjelaskan, Syech Maulana Ibrahim Maghribi merupakan pejuang dan tokih penyebar agama Islam di lereng Gunung Merbabu. Beliau adalah sosok yang memiliki jasa cukup besar bagi warga di lereng Gunung Merbabu.
Tradisi buka luwur, dilakukan warga setiap bulan Suro dalam penanggalan Jawa. Pelaksanaanya di hari Jumat. “Ini adalah tradisi tahunan. Setiap Suro dalam penanggalan Jawa kemudian harinya Jumat,” jelasnya.
Yang dibuka adalah luwur dari makam Syech Maulana Ibrahim Magribi. Setelah dibuka, kain penutup yang biasa disebut warga dengan luwur, kemudian diganti. Di dalam komplek makam ada masjid yang diberinama Makam Pantaran.
Baca Juga: Levy Madinda Senang Suasana Liga 1 Indonesia
Masjid Pantaran menurut Ayub, konon katanya dibangun bersamaan dengan pembangunan Masjid Demak. Hal itulah yang membuatnya diberinama Masjid Pantaran. “Masjid itu konon katanya, dibuat bersamaan dengan masjid Demak, makanya dinamakan Pantaran atau bersamaan. Tahun berapa saya tidak tahu, sudah cukup lama itu,” jelas Ayup.
Upacara adat buka luwur, di awali denga kirab sesaji, luwur, serta bungga. Di dalam rombongan kirab ada gunungan yang dibuat dari hasil pertanian warga. “Karena ini berada di lereng Gunung Merbabu, hasil bumi dari para petani dibentuk menjadi gunungan enam buah. Masing-masing dengan tinggi 3 meter bahkan ada yang lebih,” pungkasnya. ***










