OLENAS.ID – Atraksi wisata berbasis kampung di Kota Yogyakarta, saat ini tidak hanya dikembangkan dari atraksi seni dan budaya. Kegiatan pertanian perkotaan, seperti yang dilakukan warga Bausasran dengan Kampung sayurnya, juga mampu berkembang dengan bagus untuk atraksi wisata.
Kampung Sayur Bausasran telah menjadi langganan program pertukaran mahasiswa luar negeri. Dan di Agustus ini, untuk kedua kalinya Kampung Sayur Bausasran menerima kunjunhan tamu mahasiswa asing.
Kali ini kunjungan yang diterima adalah mahasiswa dari Filipina, Jepang dan Jerman. Kedatangan mahasiswa asing tersebut hasil kerjasama Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW).
Baca Juga: Satu Abad Desa Selo, Warga Kirab 1000 Tumpeng
1Ketua Kelompok Tani Gemah Ripah Winayarti menyebut, kunjungan tersebut bertujuan untuk mengenal pertanian perkotaan berbasis kampung. Termasuk juga mengenal olahan hasil pertanian dari pertanian perkotaan.
“Tiap ada kunjungan ke Kampung Sayur Bausasran, kami membagikan pengalaman menanam di lahan pertanian perkotaan. Hingga cara pemeliharaan, panen hingga pasca panen atau pengolahan. Khususnya untuk bayam brasil,nyang menjadi produk unggulan di tempat kami,” tutur Winayarti, seperti dikutip jogjakota.go.id.
Winayarti mengatakan, bayam brasil di Kampung Sayur Bausasran sudah diolah menjadi belasan produk. “Mulai dari mie, jus, keripik dan aneka olahan lainnya,” jelasnya saat ditemui wartawan di Kebun Gemah Ripah Bausasran.
Baca Juga: Mulai Agustus Ujian Praktik SIM C di Polres Boyolali Gunakan Lintasan Baru
Winayarti mengklaim, berkembangnya kegiatan Kampung Sayur Bausasran menjadi wisata pertanian perkotaan, menjadi titik kebangkitan petani Kota Yogyakarta. Kehadiran kampung sayur, tidak hanya untuk memperkuat ketahanan pangan saja, tetapi juga mampu meningkatkan perekonomian masyarakat.
“Sejak 2008 kami memulai pertanian perkotaan. Tadinya hanya di RW 9, sekarang sudah menjadi kampung sayur. Dengan kekompakan warga, juga adanya dukungan dari pemerintah, kampus. Harapannya, urban farming tourism dapat bertahan dan berkembang. Dan makin banyak dikembangkan di wilayah lain,” tandasnya.
Lurah Bausasran Akhmad Yuliantara mengatakan, Kampung Sayur Bausasran pada awal tahun 2023 menerima penghargaan sebagai Desa Wisata Binaan Kemenparekraf. Hal itu menjadi bukti transformasi Kampung Bausasran, yang dulunya panas dan gersang, kini menjadi hijau dan produktif. Bahkan menjadi penghasil sayuran segar.
Baca Juga: Pembukaan Piala Dunia U-17 2023 di JIS, Jangan Berharap Sebesar Piala Dunia Umumnya
“Kampung sayur berdampak pada peningkatan perekonomian warga. Leewat hasil panen dan produk olahan yang dihasilkan. Sekarang berkembang menjadi destinasi wisata, ini menjadi penyemangat warga dengan rasa kebersamaan untuk menjaga dan mengembangkan kampungnya,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta Suyana menyebut, kampung sayur dengan konsep pertanian perkotaan, pada mulanya digagas untuk meningkatkan pola pangan dan ketahanan pangan. Namun sekarang pengembangannya meluas menjadi urban farming tourism.
“Kampung sayur memang tidak berorientasi pada produksi. Tapi untuk meningkatkan gizi keluarga, sejalan dengan program strategis penurunan angka stunting. Lewat sayur yang ditanam atau budi daya lele cendol berbasis kampung, akan di dapatkan bahan pangan bergizi yang tersedia setiap saat. Sekarang dikembangkan menjadi wisata yang bisa meningkatkan ekonomi warga,” jelasnya.
Salah satu mahasiswa asal Universitas Hochschule Osnabrück Jerman, Ecem Selamoglu setelah kunjungi Kampung Sayur Bausasran menyebut, sudah melihat langsung bentuk pertanian perkotaan. Termasuk melihat langsung cara membuat makanan olahan dari hasil panen.
Hal itu disebutnya sebagai pengalaman baru dan berkesan untuknya. “Ini pengalaman berkesan yang akan saya ceritakan bahkan mungkin juga rekomendasikan ke teman-teman di Jerman. Merasakan langsung bagaimana proses urban farming, sampai bisa membuat makanan dari hasil panen sendiri, warga di sini juga sangat ramah, baik dan menyenangkan,” pungkasnya. ***










