OLENAS.ID – Pemkot Yogyakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH), mengusulkan 84 kampung Program Kampung Iklim (Proklim) ke tingkat nasional. Pengusulan tersebut menjadi bagian dari program Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sebagai apresiasi atas partisipasi dan keterlibatan masyarakat untuk mengelola lingkungan.
Pelaksana Sekretaris DLH Kota Yogyakarta, Very Tri Jatmiko mengatakan, KLHK mengembangkan gerakan nasional Proklim, untuk mengapresiasi dan mendorong partisipasi aktif seluruh pihak. Utamanya dalam upaya meningkatkan ketahanan perubahan dan pengurangan emisi gas rumah kaca.
DLH Kota Yogyakarta mengadakan workshop Proklim berkelanjutan 2023, dengan mengundang 84 kampung Proklim di Kota Yogyakarta. “Seperti mandat dari pusat. Jadi kabupaten dan kota diminta mengusulkan kampung proklim yang ada di masing-masing daerah. Selanjutnya akan dilakukan evaluasi untuk maju tingkat nasional. Ini bukan kejuaraan tapi lebih mengedukasi kepada masyarakat tentang arti pentingya kita mengelola lingkungan,” kata Very, kepada wartawan seperti dikutip jogjakota.go.id.
Baca Juga: Menang Sempurna 4-0 atas Bigetron Alpha, Onic Rebut Gelar SPS Sesion 3
Kota Yogyakarta sejak 2012 hingga 2022 telah membentuk 84 kampung Proklim. Kampung-kampung tersebut antara lain Kampung Kadipaten RW 1, 2 dan 3 dan Kampung Dipowinatan RW 1, 2 dan 3. Kampung di Kricak RW 5,9 dan 3, RW 13 Karangwaru, Tegalrejo RW 5, Bener RW 2 dan 3 serta Bumijo di RW 3 dan RW 7.
Ke-84 Kampung Proklim itu akan diusulkan ke tingkat nasional, untuk memperoleh apresiasi dari pemerintah pusat atas partisipasi dan keterlibatannya dalam mengelola lingkungan. Usulan Kampung Proklim dilakukan dengan mengisi data Sistem Registri Nasional (SRN) Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) dari KLHK.
“Edukasi lingkungan macam-macam, proklim ini menjadi salah satunya. Terutama apalagi dengan adanya global warming,” tambahnya.
Baca Juga: Singleton Akhirnya Mencapai Misi Pribadi di IBL
Kriteria Kampung Proklim antara lain lingkungan yang hijau atau penghijauan, ketahanan pangan dan kebersihan. Kampung Proklim merupakan program nasional untuk mengatasi pemanasan global.
Pemkot Yogyakarta telah meluncurkan berbagai program untuk mencegah pemanasan global, seperti pembangunan ruang terbuka hijau publik dan gerakan zero sampah anorganik.
Kebijakan penutupan TPST Piyungan, DLH Yogyakarta disebut Very tidak tinggal diam. Sebelum adanya penutupan, Pemkot Yogyakarta telah melakukan Gerakan Zero Sampah Anorganik dan berhasil mengurangi sampah hingga 80 ton/hari. Untuk itu masyarakat terus diajak menerapkan gerakan zero sampah anorganik tersebut.***










