OLENAS.ID – Gerakan Kemis Ora Nyego. Sebuah gerakan dari Kota Klaten yang memiliki arti (Hari) Kamis Tidak Makan Nasi. Gerakan diluncurkan Bupati Klaten, Sri Mulyani sebagai upaya memanfaatkan pangan pokok dengan bahan baku non-beras. Sekaligus upaya menghadapi kemarau panjang.
Bupati menyampaikan apresiasi terhadap gerakan Kemis Ora Nyego yang dicanangkan di halaman Kantor Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Klaten, Kamis, 13 Juli 2023.
Pasalnya gerakan tersebut bakal mendorong petani di Klaten mengembangkan pertanian non-padi ke tahap yang lebih baik.
Baca Juga: Dianggap Tidak Loyal, Pelajar SMP Dikeroyok.
Masyarakat pun tidak melulu mengonsumsi nasi setiap hari. Khusus hari Kamis, masyarakat bisa melakukan gerakan Kemis Ora Nyego. Mereka pun memanfaatkan hasil pertanian non-padi seperti jagung.
“Ini merupakan langkah yang baik. Kita telah me-launching gerakan ini. Camat harus ikut sosialisasi kepada kepala desa dan masyarakat untuk mendukung gerakan ini. Tidak makan nasi setiap Kamis, syukur puasa,” kata Bupati.
Melalui gerakan ini, Bupati menekankan, petani memiliki alternatif selain padi untuk menggarap lahan.
Apalagi sejak dulu petani memang biasa melakukan variasi dalam mengolah lahan. Setelah panen padi, mereka kemudian menambah jagung atau lainnya saat memasuki musim kemarau.
Baca Juga: Nurnberg Vs Arsenal: Martin Odegaard Malah Cedera, Jorginho Bikin Gol Bunuh Diri
Di Klaten sendiri, khususnya di di beberapa wilayah, petani memiliki keterbatasan dalam memproduksi padi. Terutama di musim kemarau yang berujung menurunnya hasil panen padi.
Diterapkan di Lingkungan DKPP
Sementara, Kepala DKPP Klaten, Widiyanti mengatakan bila gerakan Kemis Ora Nyego memang berarti setiap hari Kamis tidak mengonsumsi nasi dalam sehari.
Ini telah diterapkan di lingkungan DKPP Klaten. Demi memenuhi kebutuhan karbohidrat bisa memanfaatkan sumber pangan lokal seperti entik, jagung hingga ganyong.
“Gerakan ini untuk mendorong potensi pangan lokal selain beras. Potensi pangan lokal di Kabupaten Klaten sesungguhnya melimpah, tapi kurang populer,” kata Widiyanti.
Kepala DKPP, lebih lanjut, menuturkan bila gerakan ini sekaligus mengurangi ketergantungan pada beras sebagai sumber pangan utama. Ini juga sebagai langkah antisipasi krisis pangan, terutama beras, saat terjadinya perubahan iklim ekstrim El Nino.
”Jika gerakan satu hari dalam satu pekan tidak mengonsumsi nasi dilakukan di seluruh Klaten, ketergantungan terhadap konsumsi beras bisa berkurang hingga belasan ribu ton,” ujar dia.
“Data dari BPS (Badan Pusat Statistik) menyebutkan konsumsi beras per kapita per pekan pada 2022 tercatat 1.256 kg,” kata Widiyanti.***










