OLENAS.ID – Regenerasi, kata yang sering diucapkan dalam banyak hal. Mulai dari partai politik, kesenian dan lainnya.
Seperti pemain alat musik siter misalnya, regerasinya berjalan lambat, bahkan bisa dikatakan semakin langkah alias hampir punah.
Saat ini terdapat 4.200 pembatik di DI Yogyakarta. Namun dari jumlah itu, menurut catatan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) DIY, berusia diatas 50 tahun. Regenerasi pembatik di DIY hasilnya belum signifikan.
Anggota Dekranas DIY, Sardi menyebut regenerasi pembatik mulai tumbuh di lembaga-lembaga pendidikan formal. “Namun, pertumbuhan pembatik muda di Jogja ini belum signifikan, sehingga harus terus didorong,” katanya, Kamis, 22 Juni 2023.
Meski rata-rata pengrajin batik di atas 50 tahun, namun Sardi menilai mereka.
“Regenerasi pembatik harus terus dilakukan, apalagi DIY sebagai Kota Batik Dunia,” jelasnya.
Gelar Kota Batik Dunia yang diterima DIY datang dari World Crafts Council atau Dewan Kerajinan Dunia sejak 2014 silam.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY, Syam Arjayanti menyebut upaya regenerasi pembatik akan terus dilakukan. Hal itu merupakan pekerjaan rumah bagaimana melakukan regenerasi pembatik.
Usaha yang sudah dilakukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY antara lain pelatihan batik ke siswa SD, menggelar berbagai pameran busana yang menonjolkan batik, hingga mengubah citra batik agar diminati generasi muda.
“Jumlah pembatik di DIY memang lebih banyak dari daerah lain, tapi akan terus kami regenerasikan agar predikat Kota Batik Dunia dapat terus dipertahankan,” kata Syam.
Apalagi, predikat Kota Batik Dunia akan dievaluasi berkala oleh Dewan Kerajinan Dunia.
“Karena banyak kota-kota yang berjuang juga untuk meraih menjadi Kota Batik Dunia. Tetangga kita, itu juga luar biasa berjuangnya dalam hal mengembangkan batik, maka kami akan terus mendorong regenerasinya,” tegasnya. ***










