OLENAS.ID – Memberi ruang bagi perempuan Indonesia. Sekaligus memotivasi agar lebih giat dan intens menulis puisi, menjadi latar Lomba Menulis Puisi “Geliat Perempuan Indonesia.”
“Banyak curatan hati dari para perempuan, yang dituangkannya dalam bentuk tulisan, baik di diary atau blog. Puisi menjadi cara mengisahkan peristiwa yang terekam dalam benaknya,” ujar Pendiri Kisah Perempuan Indonesia (KIPER), Premita Fifi Widhiawati saat berbicara dalam pengumuman pemenang lomba puisi “Geliat Perempuan Indonesia di Kedai Tigabelas, Sonopakis Kidul, Kasihan, Bantul, Sabtu, 10 Juni 2023.
Penyair asal Sumenep, Lailah Nurdiana menjadi juara pertama lomba menulis puisi tersebut, dengan judul “Notasi Perempuan Pemotong Kayu.” yang diselengarakan KIPER, bekerjasama dengan Satu Pena DIY.
Pemenang lainnya adalah Di Bawah Atap Kehidupan (Atika Tegar Imawati; Bantul) dan Membaca Perempuan Pesisir (Novi Nur Islam; Madura) sebagai juara 2 dan 3.
Sedangkan puisi berjudul Lekuk Perempuan (Tri Padmini; Solo) dan Kartini Telah Kembali (Dian Rahmawati; Yogyakarta) menjadi Juara Harapan 1 dan 2.
Lomba Menulis Puisi Geliat Perempuan Indonesia ini diinisiasi Kisah Perempuan Indonesia (KIPER) bersama Satu Pena DIY, sebagai platform perempuan Indonesia berbagi kisah, cerita dan pengalaman hidupnya.
Lomba khusus bagi perempuan usia 17-50 tahun ini diikuti 271 peserta dari seluruh Indonesia. Di antaranya Medan, Jakarta, Bandung, Magelang, Riau, Bali, Mataram, Madura, Solo, Yogya, Temanggung, Flores, Purbalingga, Purwokerto, Buton, Pontianak, Parepare, Wonogiri, Pati, Kediri, Indramayu, Manado.
Puisi dinilai tim juri terdiri Dhenok Kristianti (penyair), Umi Kulsum (penyair) dan Latief Noor Rochmans (redaktur KR).
Sementara itu, Ketua panitia AB Prass menjelaskan, lomba ini dilatari banyaknya perempuan Indonesia yang senang menulis puisi. Puisi menjadi ajang curahan hati sekaligus mengisahkan peristiwa yang dirasakan penulisnya.
Lewat Lomba Menulis Puisi ‘Geliat Perempuan Indonesia’ tingkat nasional ini, Prass berharap bisa menyemangati dan menampung kemampuan menulis puisi. Kisah-kisah perempuan Indonesia bisa terpublish lewat puisi karya perempuan penyair.
“Tema yang ditarget tentang kehidupan perempuan yang penuh pernik. Baik dari ketegaran, kesabaran, perjuangan, hingga suka-duka,” papar Prass.
Juri lainnya Dhenok Krisianti yang juga penyair menilai, peserta mampu menggarap tema keperempuanan dengan baik. Berbagai persoalan yang dihadapi perempuan diangkat dalam tulisan mereka.
“Puisi yang masuk sangat erat dengan persoalan perempuan dari masa ke masa, dari soal patriarki, ibu, tapi juga ada nada protes menggelitik tentang kondisi ekonomi, sosial budaya,” tambahnya.
Meski begitu, Dhenok juga menyoroti puisi-puisi yang dibuat dalam ketergesaan, sehingga proses pengendapan perasaan kurang terlihat. Hal ini tampak dalam diksi-diksi beberapa puisi yang “kedodoran”.
“Padahal menulis puisi pengendapan sangat penting, revisi diksi juga penting agar puisi lebih istimewa. Kalau diksinya kuat akan lebih terkenang oleh pembaca
Meski demikian kami akhirnya bisa memilih puisi yang sangat bagus, cara penyampaiannya oke,” imbuh sastrawan senior ini.
BRILIFE sebagai sponsor Utama Kegiatan ini berharap bahwa melalui Lomba Menulis Puisi ini perempuan Indonesia dapat berkiprah lebih luas dalam bidang sastra.***








