OLENAS.ID – Potensi Kamtibmas di Yogyakarta jelang Pemilu 2024 sudah mulai dirasakan semua pihak. Bahkan agar tidak terjadi kericuhan dimana-mana semua pihak sudah mulai mengantisipasinya.
Di Kota Yogyakarta pun suasana tersebut sudah mulai dirasakan. Bahkan di kota ini pun menjadi salah satu kota tujuan sejumlah politisi untuk menguji visi dan misi mereka.
Abdi Dalem Kraton sekaligus Ketua Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM) Paksi Katon DIY, Muhammad Suhud mengatakan meskipun penyelengaraan pemilu masih lama, namun potensi gangguan keamanan dan ketertiban (Kamtibmas) sudah mulai dirasakan di Yogyakarta. Jika hal itu tidak diantisipasi semua pihak, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi kericuhan.
Sehingga, pihaknya berharap seluruh elemen masyarakat turut menjaga situasi Kamtibmas tetap aman terkendali menjelang pemilu 2024.
“Jogja ada 50 titik rawan kejahatan. Dulu kami setiap titik rawan ada satu orang yang memantau,” cetusnya saat berbincang-bincang, Selasa, 6 Juni 2023 sore.
Suhud menilai, bukan tidak mungkin menjelang pemilu 2024 kali ini muncul oknum yang ingin memecahbelah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karenanya sebagai mitra kepolisian dirinya berkomitmen membantu Polisi mengawal kondusifitas menjelang pemilu 2024.
Meskipun begitu, lanjut Suhud, Kota Yogyakarta memiliki keistimewaan dalam menentukan arah politiknya, khususnya para abdi dalem kraton seperti dirinya. Kendati demikian, Romo Suhud tidak memungkiri bahwasanya pemilu yang bebas dan rahasia sudah sulit dijumpai.
“Sekarang itu yang namanya bebas rahasia wis (sudah) gak ada. Saya yakin betul kalau duit gak beredar, gak akan terjadi kisruh saat pemilu,” terang dia.
Sehingga, ia berpesan kepada para politisi peserta pemilu 2024 yang nantinya akan melakukan pidato di DIY jangan sampai bersifat provokasi. Meskipun gangguan selalu ada, namun sosok kehadiran Gubernur DIY Sri Sultan HB X dinilai menjadi penyejuk ditengah memanasnya persaingan politik tersebut.
“Di dunia politik radikal itu kan ada dua, agamis dan nasional (pemerintah). Kalau soal itu sultan ada pengaruh besar khususnya kepada para Abdi Dalem Kraton. Mereka paham, tapi diminta jangan ikut-ikutan. Jadi ada ikatan moril antara rakyat dengan raja (pemimpin),” tutup Suhud.***










