Beranda Nasional Toleransi Kebhinekaan dalam Tradisi Thudong di Indonesia

Toleransi Kebhinekaan dalam Tradisi Thudong di Indonesia

2
0

Para biksu mendapat sambutan hangat di setiap daerah yang dilewati. OLENAS.ID – Terselenggaranya tradisi thudong oleh 32 biksu dari berbagai negara mendapat antusiasme masyarakat. Pasalnya thudong yang diselenggarakan dalam rangka menyambut Hari Raya Waisak 4 Juni 2023 tersebut baru kali ini dapat disaksikan oleh masyarakat di Indonesia.

Menariknya bukan hanya masyarakat Umat Buddha saja yang menyambut dan antusias dalam pelaksanaan ritual tersebut, melainkan semua masyarakat dari berbagai agama turut menyambut kedatangan dari para biksu di Indonesia.

Perjalanan para biksu dari Thailandpun juga dikawal oleh Komunitas Laskar Macan Ali, yang di ketuai oleh Prabu Diaz, selaku Panglima Tinggi Laskar Macan Ali.

Baca Juga: Baru Saja Tayang Perdana, Ini Sinopsis Spider-Man: Across the Spider-Verse

Prabu Diaz sendiri juga merupakan seorang muslim, namun dirinya ingin menunjukkan bahwa negara Indonesia adalah negara yang memiliki toleransi yang tinggi.

“Kami muslim, tapi kita jaga pluralisme, kita jaga toleransi, yang terbungkus dalam Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila, NKRI harga mati,” ucap Prabu Diaz.

Dilansir dari akun Youtube salah satu anggota Laskar Macan Ali Ki Onto Nogo Rodjo, diketahui bahwa di Indonesia para biksu telah beberapa kali mendapatkan sambutan dan acara ramah tamah dari berbagai kalangan dan umat di setiap kota yang dilewati.

Di antaranya sambutan yang dilakukan di Kemenag saat di Jakarta, sambutan di Pondok Meditasi Jaka Sampurna Bekasi, sambutan di Karawang oleh Polrestabes Karawang, hingga Pamanukan, Subang. Mereka juga mendapat sambutan hangat di Semarang.

Baca Juga: Kualifikasi Euro 2024: Ungguli PSG, Wolves Sumbang Pemain Terbanyak di Timnas Portugal

Panglima Tinggi Laskar Macan Alipun merasa terharu atas antusiasme dan toleransi yang ditunjukkan oleh masyarakat atas pelaksanaan internasional thudong ini.

“Bapak ibu sekalian, para sesepuh jujur tadi saya turun menangis, kenapa menangis, saya orang muslim, saya dari kasultanan cirebon, saya orang muslim,” kata Prabu Diaz.

“Leluhur saya wali, menyebarkan agama Islam sampai ke Champa, saya baru melihat ketika di sini disambut oleh para tokoh lintas iman, juga hadir pejabat pemda dari perbatasan karawang subang, jajaran polres subang juga mengawal kami. Saya sejalan jalan menangis bapak ibu sekalian, betapa hebatnya ini kita lakukan,” ucapnya.

Salah satu tokoh masyarakat dan ulama, Sayid Alwi Al Balawy turut menyambut bahkan menggandeng biksu ketika tiba di Karawang.

Dalam kesempatan tersebut, pembina Laskar Macan Ali itu memberi sedekah dan berpesan pada Laskar Macan Ali untuk terus mengawal para biksu hingga sampai tujuan.

Di sepanjang perjalanan selain bertemu dengan umat Buddha yang memberikan makanan, perjalanan para biksu dihiasi oleh senyum dan tawa sambutan hangat dari masyarakat Indonesia. Tampak sepanjang jalan, para biksu turut mengibarkan bendera merah putih dalam perjalanannya.

Melansir dari akun twitter Muda Mudi Buddha Indonesia @ybaindonesia, Salah satu biksu dari Thailand menceritakan bahwa pertemuan dengan orang Indonesia adalah suatu momen yang sangat indah ketika perjalanan suci thudong ke Candi Borobudur.

Dalam video unggahan akun twitter @ybaindonesia tersebut terlihat masyarakat yang menyapa dan tersenyum juga melambaikan tangan kepada para biksu yang sedang melaksanakan thudong. Para biksupun membalas lambaian tangan dan sapaan dari warga.***