OLENAS.ID – Pentingnya kesehatan mental bagi remaja. Mereka pun seharusnya memiliki mental yang sehat dan baik sehingga tidak terpengaruh dan bahkan melakukan kejahatan seperti tawuran, penggunaan narkoba hingga klithih yang kerap terjadi di DI Yogyakarta.
Lembaga Advokasi Keluarga Indonesia (LAKI) memiliki kepedulian terhadap kesehatan mental anak-anak sekolah khususnya yang berada di bangku SMA.
Bersama Yayasan Rumpun Nurani, lembaga advokasi itu menyiapkan program untuk pembinaan mental sehingga anak-anak SMA memiliki kesehatan mental yang baik.
Baca Juga: Daftar Musisi yang Tampil di Java Jazz Festival 2023, 2-4 Juli 2023
Program school-based mental health yang akan diinisiasi di SMA dan SMK di Yogyakarta ini mendapat bantuan pendanaan dari The Equity Initiative. Program ini rencananya berlangsung tiga tahun dengan fokus berbeda.
Hal itu disampaikan Bagus Riyono, Penasihat LAKI, saat melakukan audiensi terkait school-based mental health ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Yogyakarta, Rabu, 24 Mei 2023.
Dalam audiensi itu, Bagus menjelaskan inisiasi program kesehatan mental yang rencananya digulirkan di setiap sekolah melalui bentuk layanan konsultasi dan pendampingan. Tujuan proram itu membantu sekolah membuat sistem yang bisa menjaga kesehatan mental anak-anak.
“Program ini akan membangun sistem kesehatan mental dan diterapkan di sekolah-sekolah menengah atas. Program akan diterapkan di satu atau dua sekolah sebagai model yang mewakili kondisi sekolah negeri dan swasta,” kata Bagus Riyono yang juga dosen Fakultas Psikologi UGM.
Baca Juga: Twitter Digugat Karena Tak Kunjung Bayarkan Tagihan
Dalam program itu, siswa akan mendapat dukungan dan pendampingan sehingga kesehatan mental mereka bisa terjaga. Program juga mempersiapkan bila ada siswa bermasalah, dirinya bisa segera mendapatkan perhatian dan penanganan.
Penanganan bakal komprehensif dan sangat memperhatikan kondisi siswa itu sendiri karena tidak hanya melibatkan guru maupun tim dari luar sekolah. Siswa yang masuk dalam sistem tersebut bakal dilibatkan dalam penanganan masalah yang dihadapi.
“Misalnya seperti masalah geng, perundungan. Ini butuh penanganan serius karena bisa menjadi pemicu masalah yang lain. Kalau ada masalah, kami tentu membantu dalam penanganan,” kata Bagus.
“Bila memang tidak ada masalah sosial atau kenakalan, mereka akan mendapat wawasan supaya kian sadar. Jadi, program itu membangun sistem yang men-support anak-anak di sekolah. Jadi kesehatan mental mereka benar-benar terjaga,” ucapnya lagi.
Program itu melibatkan guru Bimbingan Penyuluhan (BP) di masing-masing sekolah.
Ini juga membantu menghilangkan stigma bila anak yang dipanggil guru BP selalu dikesankan anak nakal. Begitu pula guru BP masih dianggap momok bagi para siswa.
Ini menjadikan proram dikemas lebih inovatif dan menyenangkan. Dengan demikian, stigma guru BP yang sangar dan mereka yang mendapat panggilan ke ruang BP sebagai siswa bermasalah/nakal bisa terhapuskan.
“Selama ini bila dipanggil guru BP, kesannya anak nakal atau bermasalah. Padahal tidak. Jadi perlu ada komunikasi dan wawasan tentang hal itu,” kata Bagus.
Sambut Baik Program
Sementara itu, Plh Kabid Pembinaan SMP Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Deni Sudaryanto menyambut baik program ini. Pasalnya program itu memiliki tujuan menciptakan sekolah yang menyenangkan bagi anak.
Jadi anak-anak memang merasa senang bersekolah. Ini sejalan dengan ajaran dan pemikiran Ki Hadjar Dewantara bahwa sekolah itu bukan lembaga menakutkan.
“Kami sangat berterima kasih dengan program dari Lembaga Advokasi Keluarga Indonesia. Ini sejalan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang berharap sekolah itu menyenangkan dan tidak menakutkan,” ujar Deni.
Deni berharap program ini bisa diwujudkan dan diterapkan di sekolah.”Kami masih menunggu detail program tersebut. Proram ini bisa menjadi role model yang bisa direplika di sekolah lain,” kata dia.***










