OLENAS.ID – Keterbatasan tidak akan menghalangi upaya memberikan layanan terbaik di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas 1 Semarang. Kekurangan aparat juga tidak berarti harus mengkhianati tugas dan pelayanannya.
Penegasan untuk memberikan layanan terbaik disampaikan Kepala Lapas Semarang Tri Saptono Sambudji. Bukan sebagai pencitraan tetapi dalam upaya mewujudkan Lapas yang mampu menerapkan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi dan Bersih Melayani (WBBM).
Tri Saptono menuturkan bila saat ini Lapas Kelas I Semarang termasuk 60 UPT Pemasyarakatan yang lolos tahap awal untuk diusulkan meraih predikat WBK. Bahkan untuk pemasyarakatan, Lapas Kelas 1 Semarang menduduki peringkat tiga.
Baca Juga: 13 Pemanfaatan Tanah Kas Desa di DI Yogyakarta Tidak Sesuai Perizinan
Meski mendapat kesempatan meraih predikat WBK, namun Lapas Semarang memang masih memiliki kekurangan, khususnya personel. Sementara, warga binaan yang menghuni Lapas termasuk melebihi kapasitas.
Saat ini lapas dihuni tidak kurang 1720 warga binaan. Sedangkan kapasitas Lapas hanya sekitar 660 orang dengan petugas berjumlah 150 orang.
“Jadi satu petugas harus melayani, termasuk di dalamnya pengawasan, antara 400 dan 600 warga binaan. Sebuah perbandingan yang tak ideal. Sedangkan 12 blok yang ada masing-masing ditempati tidak kurang 300 warga binaan,” kata Tri Saptono, di Semarang beberapa waktu lalu.
Namun hal tersebut tak mengurangi layanan untuk warga binaan. Bahkan Tri Saptono tak segan menjatuhkan sanksi kepada sipir atau petugas yang melakukan pelanggaran.
Baca Juga: Lerai Keributan dan Tak Sengaja Tembak Orang Hingga Meninggal, Briptu MK Jadi Tersangka
Apalagi tugas dan pelayanan mereka memang tidak untuk sekadar mendapatkan predikat terbaik tetapi sepenuhnya memberikan pelayanan dan pengabdian.
“Kami sedang berproses untuk menjadikan Lapas ini sebagai wilayah dengan Zona Integritas. Jadi apa pun, kami tetap semangat dalam memberi pelayanan. Kami juga mendeklarasikan zero tolerance. Kami berkomitmen bersama menjadi petugas yang tidak hanya baik tetapi juga benar,” ucap Tri Saptono.
Jangan Ada Pengkhianat
Hanya saja Kalapas mengakui masih ada kebocoran yang disebutnya sebagai kerikil tajam. Namun Tri Saptono sepenuhnya tidak membenarkan adanya penyimpangan.
Bahkan dirinya bakal menindak tegas petugas yang disebutnya sebagai pengkhianat. Pasalnya petugas itu memang mengkhianati tugas dan komitmen dalam pelayanan.
“Jangan sampai ada pengkhianat di sini. Petugas yang seperti itu memang cenderung abu-abu atau bahkan hitam. Bila ada yang melakukan, saya pun harus mendisiplinkan mereka. Saya menekankan harus menjadi petugas merah putih,” kata dia lagi.
Mengenai warga binaan, Tri Saptono menuturkan bila Lapas yang dikenal dengan sebutan Lapas Kedungpane ini memberikan program pembinaan untuk membentuk kepribadian dan kemandirian.
Menurut Kalapas semua warga binaan harus mengikuti program kepribadian, salah satunya pendalaman rohani sesuai keyakinan masing-masing.
Bagi mereka yang memeluk agama Islam harus mengikuti kegiatan pesantren. “Selama ini yang diadakan hanya pesantren kilat. Paling beberapa pekan selesai. Kami justru menginginkan adanya pesantren yang berkesinambungan untuk bimbingan rohani warga binaan. Begitu pula umat Kristen harus ada pelayanan rohani yang bersifat rutin untuk mereka,” ucap dia.
Untuk program kerohanian, menurut Kabid Administrasi Kamtib Andreas Wisnu Saputro, Lapas sudah menjalin kerjasama dengan tujuh lembaga Islam dan Kristen. Pembinaan ini diharapkan bisa menguatkan iman warga binaan.***










