OLENAS.ID – Matinya 15 ribu babi di Luwu Timur (Lutim), Sulawesi Selatan akibat virus African Swine Fever (ASF) membuat peternak merugi miliaran rupiah. Mereka berharap pemerintah mencari solusinya
Virus itu menyerang ternak babi dengan berbagai gejala seperti diare, keringat darah dan hilang nafsu makan.
“Virus ini hanya menyerang ternak babi dan bukan zoonosis atau tidak menular dari hewan ke manusia, tapi sangat cepat menular pada hewan khususnya babi,” kata dokter hewan pada Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Luwu Timur, drh. Gusti Ngurah, Minggu, 14 Mei 2023.
Diperkirakan, virus itu masuk ke Pemkab Luwu Timur (Lutim) setelah satu satu warga di Desa Pancakarsa, Kecamatan Mangkutana menerima kiriman daging babi dari saudaranya di Makassar.
Kasus penyebaran virus ASF pertama kali terjadi pada April 2023 lalu. Jalur penyebarannya melalui sisa-sisa daging yang diberikan ke hewan ternak babi. Masa inkubasi virus ini, kata Gusti hanya 20 hari.
Data terbaru, jumlah populasi ternak babi yang mati akibat virus ASF sudah mencapai 15 ribu, tersebar di beberapa kecamatan. Diantaranya Kecamatan Mangkutana, Tomoni Timur dan Kalaena. Angka kematian tersebut terhitung dari bulan April sampai Sabtu 13 Mei 2023.
Dari tiga Kecamatan ini, Tomoni Timur adalah daerah terbanyak populasi ternak babi yang mati dan sudah mencapai 10 ribu ekor babi.
“Kalau seperti ini terus pak, kami akan merugi miliaran rupiah. Pemerintah daerah harus segera mencari solusi mencegah mewabahnya virus ini, kasiahn kami peternak yang sudah mengeluarkan modal besar,” kata Slamet, peternak babi di Desa Kertoraharjo.
Sebelumnya puluhan ekor bangkai ternak babi dibuang di saluran irigasi di Desa Rinjani. Bangkai babi ini dikeluhkan warga setempat karena baunya yang menyengat dan mencemari lingkungan.
Virus ASF mampu bertahan selama 5 pekan pada babi, bahkan sekalipun hewan itu sudah mati. Gusti menuturkan virus ASF tidak menularkan dampak kesehatan ke manusia atau pun ke hewan lain.
“Sasaran targetnya virus ini mutlak di hewan babi. Jadi tidak menular ke tempat lain misalnya kayak kambing, sapi itu enggak,” paparnya.
Lebih lanjut, Gusti menjelaskan virus ASF pertama kali masuk di Indonesia terjadi pada 2019 di Sumatera. Sampai saat ini pun belum ditemukan obat untuk menangani virus tersebut.
“Kalau obatnya memang belum ada, vaksin belum ditemukan. Kita belum bisa bahas itu karena belum ada referensi dari pusat,” ujar Gusti.
Lutim termasuk salah satu wilayah di Sulsel dengan tingkat pemelihara ternak babi terbanyak karena dijadikan sebagai pendongkrak ekonomi setelah sektor pertanian.
“Ada banyak sekali titik peternakan babi yang ada di Luwu Timur. Kalau yang masyarakat memelihara dalam jumlah banyak sekali anggaplah kita bilang Tomoni Timur,” kata Gusti. ***










