Beranda Berita Butuh Nafas Panjang Untuk Menggerakkan Komunitas Seperti Sastra Reboan

Butuh Nafas Panjang Untuk Menggerakkan Komunitas Seperti Sastra Reboan

2
0

Penggiat Sastra Reboan, Sahlul Fuad saat berbicara tentang perjalanan komunitas itu

OLENAS.ID – Menggerakkan komunitas sastra agar tetap bertahan tak cukup hanya dengan menghadirkan pengunjung, tapi lebih dari itu butuh nafas panjang. Nafas yang datang dari kesadaran dan ketulusan untuk berbuat sesuatu bagi sastra.

“Lima tahun adalah perjalanan yang panjang. Perjalanan penting bagi Sastra Reboan, dan mereka yang terlibat di dalamnya. Sebuah kerja, sebuah hasil yang bisa dijadikan contoh,” ujar pendiri Sastra Reboan, Yo Sugianto saat menyampaikan pesannya dalam Pesta Pora HUT ke-15 Sastra Reboan di Aula PDS HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada Rabu, 3 Mei 2023.

Sastra Reboan pertama kali hadir pada 28 April 2008 di Warung Apresiasi (Wapres) Bulungan, Jakarta Selatan. Panggung sastra yang jadi wadah bagi semua, tanpa melihat seberapa lama seseorang sudah terjun ke sastra.

Secara rutin, Sastra Reboan digelar setiap hari Rabu malam di akhir bulan. Waktu yang menantang bagi para penggiatnya. Dan hampir setiap bulan Wapres Bulungan penuh sesak.

Sastra pun dihadirkan sebagai sesuatu yang ramah, tidak menakutkan. Tak sekedar puisi, tapi juga genre seni lain ditampilkan. Sebut saja Franky Sahilatua, Glen Fredly, Tri Utami, Sujiwo Tejo. Dari politisi pun pernah hadir Wanda Hamidah, Effendi Choiri dan Ferry Mursyidan.

Tentu saja tokoh-tokoh sastra juga hadir, untuk memberikan semangat, membagi sebagian ruh mereka. Rendra, Sapardi Djoko Damono, Gerson Poyk, Remi Sylado, Putu Wijaya, Sutardji Calzoum Bachri, Joko Pinurbo.

 

Panggung Sastra Reboan pertama kali digelar pada 28 April 2008 di Warung Apresiasi (Wapress) Bulungan, Jakarta Selatan. Selanjutnya Sastra Reboan rutin hadir di Wapress Bulungan setiap hari Rabu di akhir bulan.

“Gagasan untuk mendirikan Sastra Reboan sudah lama ada. Ada sekat-sekat dalam panggung sastra, ada istilah senior dan yunior, padahal semua menapak jalan yang sama: sunyi dan berdarah-darah,” kata Yo melalui pesan suara.  

Di panggung Sastra Reboan, lanjutnya, semua berbaur. Panggung pun tanpa batas, hanya berjarak beberapa meter dengan pengunjung. Menurut Yo, semua terjadi berkat kerja keras dan keikhlasan pengurus Sastra Reboan.

“Menggerakkan komunitas seperti Sastra Reboan butuh napas panjang. Napas ini menjadi kekuatan meski kadang tersengal karena kondisi. Namun napas Sastra Reboan tidak boleh terputus, harus hidup dan beradaptasi dengan tetap menjaga ruhnya sebagai komunitas yang netral untuk semua dan tanpa sekat,” tuturnya.

Salah satu penggiat Sastra Reboan, Sahlul Fuad saat memberikan sambutan, betutur bagaimana awal lahirnya panggung sastra itu. Saat itu, penggiat sastra berkumpul di Warung Alex, Taman Ismail Marzuki untuk membicarakan kegiatan sastra di Warung Apresiasi, Bulungan.

Mereka adalah Yo Sugianto, Zai Lawanglangit, Sahlul Fuad, Yonathan Rahardjo, Dedy Tri Riyadi, Dian Ilenk, Budhi Setyawan, dan Setiyo Bardono.

“Terima kasih karena selama 15 tahun telah menemani Sastra Reboan yang telah melahirkan dan menginspirasi banyak sekali teman-teman di berbagai tempat yang mendirikan komunitas-komunitas sastra,” kata Sahlul Fuad.

Dengan jargon “Banyak Pintu Menuju Sastra”, Sastra Reboan juga menarik perhatian para penggiat sastra dari Malaysia, e-Sastera yang dipimpin oleh Prof. Irwan Abu Bakar, dan pernah datang secara khusus untuk mengisi acara.

 

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan DKI Jakarta, Firmansyah yang hadir dalam Pesta Pora 15 Tahun Sastra Reboan berharap semangat Komunitas Sastra Reboan dapat ditularkan pada generasi berikutnya.

“Kita bisa bekerjasama untuk meregenerasikan, minimal membuat kader-kader baru yang melibatkan potensi-potensi usia dini. Kita harus membangun nilai-nilai luhur dari budaya bangsa yang selama ini tergerus oleh adanya modernitas. Kita harus selaraskan hal itu supaya keutuhan nilai sastra di tengah-tengah masyarakat, di tengah generasi gen z tetap terjaga,” tutur Firmansyah.

Pada kesempatan tersebut, Firmansyah menghadirkan kejutan untuk Sastra Reboan dengan memberikan kue ulang tahun dan membacakan puisi berjudul “Sajak Rajawali” karya Rendra.

Ketua Harian Sastra Reboan, Dyah Kencono menyampaikan bahwa usia 15 tahun merupakan umur yang cukup tua untuk semua komunitas sastra. Ia merasa bahagia karena selama 15 tahun Sastra Reboan telah mencahayai semesta sastra di Indonesia.

“Banyak komunitas sastra tumbuh tapi Alhamdulillah, Sastra Reboan masih berjaya dan tetap semangat untuk tumbuh menghangatkan semesta sastra di Indonesia,” kata Dyah.

Gelaran Pesta Pora 15 Tahun Sastra Reboan dengan MC Yahya Adi Saputra dimeriahkan dengan pembacaan puisi, musikalisasi puisi, pembacaan petikan cerpen, pertunjukan musik, dan lain-lain.

Para penampil diantaranya Kurnia Effendi, Masita Riany, Bayu Win, Beryl Gondrong, Calysta dan Qithink Cakrawala, Emperan Pamulang, Jokojoker, Nunung Noor El Niel, Pejalan Panjang, Gianto Subagio, dan lain-lain.***