OLENAS.ID – Rekaman kamera CCTV yang memperlihatkan detik-detik jatuhnya Asiah Sinta Dewi Hasibuan di lift Bandara Kualanamu, Sumatra Utara pada Senin, 24 April 2023, dianalisa oleh ahli digital forensik, Abimanyu Wachjoewodajat.
Tragedi itu menewaskan Asiah, yang ironisnya jenasahnya baru ditemukan tiga hari kemudian.
Menurut PT Angkasa Pura Aviasi, pihak yang mengelola bandara itu, saat kejadian tesebut rekaman kamera CCTV mengalami masalah.
Saat malam kejadian, petugas sempat memeriksa kamera CCTV di lift. Namun, rekaman kamera tidak jelas.
“Saat pengecekan itu (CCTV lift), sebelum memasuki jeda waktu kejadian yaitu sekitar pukul 20.35 WIB, waktu itu agak goyang dan (gambar) tidak jelas dan ada trouble. Informasi dari pihak petugas seperti itu, sehingga proses pemantauan beralih ke area lain,” kata Head of Corporate Communication PT Angkasa Pura Aviasi, Dedi Al Subur Dedi kepada wartawan di Bandara Kualanamu, Senin, 1 Mei 2023.
Menurut Dedi, rekaman baru terlihat jelas setelah jenazah Asiah ditemukan tiga hari kemudian atau pada Kamis, 27 April 2023.
Abimanyu menilai, dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 2 Mei 2023, banyak kejanggalan dari rekaman CCTV yang sudah terkonfirmasi pihak Bandara Kualanamu itu.
Pertama, rekaman CCTV yang beredar sangat tidak lazim framenya, terlalu sempit, dan begitu dekat dengan obyek.
Padahal, fungsi CCTV adalah meng-cover seluruh kejadian di lift. Semua pojok tercakup karena tujuan CCTV tersebut juga gunanya agar bisa mengetahui apabila ada tindakan tidak lazim atau kriminal yang terjadi di dalam lift.
Kedua, pada tayangan CCTV tertulis istilah “Dome”. Apabila “Dome” merupakan jenis kamera yang digunakan, maka hal ini janggal karena framingnya sangat tidak sesuai dengan tayangan CCTV.
Kamera Dome mempunyai kemampuan spesial yaitu mampu meng-cover secara luas area dalam lift.
Ketiga, Abimanyu mempersoalkan tanggal kejadian di CCTV. Menurutnya, tanggal yang ditampilkan bukan tanggal saat kejadian, melainkan tanggal rekaman ulang.
“Kejanggalan ini sangat nyata, dimana rekaman CCTV yang asli tidak kelihatan tanggal dan jam. Padahal label date time stamp itu merupakan suatu hal yang wajib tayang pada semua CCTV, apalagi pada area penting seperti bandara.”
“Jadi semakin jelas bahwa tayangan yang tersebar adalah hasil cropping, bukan tayangan aslinya.”
Keempat, dari pemberitaan yang beredar, korban tidak melihat pintu lift di belakangnya terbuka saat sampai lantai tujuan. Namun, Abimanyu menduga pintu lift tidak terbuka karena belum sampai lantai yang dituju.
“Padahal bukti digital jelas menunjukkan bahwa lift yang terbuka di belakangnya itu pun bukan pada level lantai yang seharusnya. Terlihat jelas ada celah lebar.”
“Bisa dibandingkan dengan bukti digital yang menunjukkan lebar celah yang sama terlihat pada pintu depan si wanita saat dia bergegas lalu terjerumus.”
Kelima, Abimanyu mempertanyakan keberadaan petugas keamanan bandara saat itu.
Menurutnya, semua lift modern bisa dikendalikan secara digital karena mempunyai sensor yang canggih, dan otomatis memberitahu operator lift apabila ada yang membuka paksa lift.
“Lalu mengapa pada kejadian ini, petugas lift bandara tidak mengetahui dan juga tidak ada broadcast alert yang harusnya terjadi, dengan tujuan agar pihak security di area lift mengetahui adanya hal yang janggal terjadi,” tanyanya.
Keenam, dari potongan tayangan, terlihat Asiah melakukan banyak tindakan pada panel.
Abimanyu menduga mungkin salah satunya Asiah menekan tombol panik yang ada pada panel, tetapi tidak ada jawaban/respons dari petugas yang bersangkutan.
“Mengenai pembuktian ini, dapat kita ungkapkan apabila sudah ada rekaman CCTV yang bukan hasil crop.”
“Tindakan penekanan panel tersebut normalnya pasti tercatat pada log lift, yang harusnya ada dan bisa dilihat aparat saat menelusuri kronologi kejadian.”
Ketujuh, Abimanyu menduga rekaman CCTV mengalami banyak editan, baik secara durasi maupun cropped zoom. Hal ini terlihat dari gambar rekaman CCTV yang putus-putus.
Menurut Abimanyu, hal itu sangat mungkin dilakukan untuk menutupi hal yang terjadi sebelum dan sesudah kejadian.
“Apabila petugas beralibi bahwa pemotongan tersebut dilakukan untuk menutupi wajah korban, maka hal tersebut sangat tidak lazim, karena penutupan wajah seharusnya cukup dengan blur, bukan pemotongan bagian tayangan maupun cropping,” ujarnya.
Kedelapan, Abimanyu juga menganalisis detik-detik dugaan Asiah membuka paksa lift bandara.
Jika benar pintu lift bisa dibuka paksa, berarti lift Bandara Kualanamu tidak aman.
“Bayangkan apabila lift tersebut bisa dibuka paksa oleh anak kecil, mengerikan. Karena itu pengungkapan CCTV harus diperiksa baik pada media perekaman maupun DVR dan NVRnya.”
.”Begitupun prosedur penanganan CCTV di bandara, harus dievaluasi kembali karena jelas sekali ada faktor kontrol yang terabaikan.”
Diberitakan sebelumnya, berdasarkan rekaman CCTV, Asiah naik lift sendirian ke lantai 2.
Dari keterangan polisi, Asiah mengira pintu lift di hadapannya tidak terbuka dan rusak setelah sampai lantai yang dituju.
Padahal, akses keluar berada di pintu yang ada di belakangnya. Di video, Asiah juga sempat menelepon seseorang yang belakangan diketahui merupakan keponakannya.
Sambil menelepon, Asiah terlihat berusaha membuka pintu lift menggunakan tangan kirinya.
Saat pintu terbuka, Asiah terjatuh di ke celah sempit lift. Jasad korban ditemukan pada Kamis, 27 April 2023 sore, diawali terciumnya aroma busuk di sekitar lift. ***










