OLENAS.ID – Keputusan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) mengusung Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (Capres) harus diimbangi kerja keras.
Hal itu untuk menggenjot elektabilitas Ganjar Pranowo yang saat ini dilaporkan terus menurun akibat sikapnya yang menolak tim nasional Israel dalam ajang Piala Dunia U-20.
Penolakan Ganjar, yang juga dilakukan oleh Gubernur Bali, I Wayan Koster berakibat FIFA membatalkan status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023. FIFA lalu menunjuk Argentina sebagai pengganti Indonesia.
“Dalam waktu kurang satu tahun, tepatnya 298 hari menuju Pemilu 2024, belum tentu menjadi waktu yang cukup bagi pemulihan elektabilitas dari Ganjar Pranowo,” kata Peneliti Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro dalam keterangannya pada Jumat, 21 April 2023.
Ganjar sendiri, dalam beberapa hasil jajak pendapat berbagai lembaga survei sejak 2022 lalu, elektabilitas Ganjar selalu berkejaran dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Sosok lain yang akan bersaing dalam bursa pemilihan presiden 2024 mendatang adalah mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Ketiga sosok tokoh politik itu selalu bertengger di urutan 3 besar bakal capres dengan elektabilitas tertinggi.
Menurut Bawono, dari temuan survei telepon dalam rentang 8 sampai 13 April 2023, dan dibandingkan dengan temuan survei telepon dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada bulan yang sama, menunjukkan tingkat elektabilitas Ganjar Pranowo mengalami kemerosotan.
“Penurunan elektabilitas dari Ganjar mencapai hampir 10 persen apabila dibandingkan dua temuan survei telepon LSI pada Februari dan April,” ujar Bawono.
PDI-P harus memberikan upaya lebih buat mengerek elektabilitas Ganjar karena pesaing terdekatnya, Prabowo Subianto, terus mengalami peningkatan.
“Perlu kerja ekstra keras dari PDI Perjuangan di tengah tren positif bakal calon presiden Prabowo Subianto,” ucap Bawono.***










