Beranda Berita Gerhana Matahari di Indonesia, Muhammadiyah: Kemajuan Pengetahuan untuk Jalankan Agama

Gerhana Matahari di Indonesia, Muhammadiyah: Kemajuan Pengetahuan untuk Jalankan Agama

2
0

Gerhana Matahari Hibrida OLENAS.ID – Gerhana matahari hibrida yang akan terjadi di Indonesia merupakan fenomena menarik untuk disaksikan dan dicermati. Pengetahuan manusia pun bisa menelisik fenomena itu yang kian menguatkan keyakinan pada Sang Pencipta. Di Yogyakarta, gerhana matahari hibrida berlangsung pada Kamis, 20 April 2023 pukul 09.00 sampai 12.00 WIB.

Gerhana matahari tidak lagi dikaitkan dengan dongeng-dongeng tentang benda langit yang bisa hilang tanpa sebab dan kemudian muncul lagi.

Tak heran bila muncul kisah mitos seperti Batara Kala yang menelan matahari. Atau ada yang memukul-mukul alu atau benda apa saja agar matahari tidak ditelan.

Baca Juga: Jumlah Penumpang di YIA Pecahkan Rekor

Atas fenomena gerhana matahari yang akan terjadi besok pagi, Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Syamsul Anwar menuturkan bila peristiwa alam itu sudah bisa dihitung sedemikian persis dan akurat itu.

Bahkan detik-detik proses terjadinya gerhana pun bisa ditetapkan. Hal itu menunjukkan satu kemajuan yang dicapai dari peradaban manusia modern.

Lebih lanjut, Syamsul Anwar mengatakan bila pengetahuan alam yang makin berkembang justru menjadikan manusia kian dekat pada Allah, sang Pencipta.

Manusia kian menyadari betapa agung sang Pencipta dengan karya-Nya yang luar biasa. Pengetahuan itu pun pada akhirnya bisa dimanfaatkan untuk menjalankan perintah agama.

Baca Juga: Google Hapus 36 Aplikasi Android Berbahaya Dari Google Play Store

“Muhammadiyah sangat menghargai itu. Jadi kemajuan-kemajuan itu kita manfaatkan dalam rangka menjalankan agama,” kata Syamsul Anwar di Yogyakarta, Rabu, 19 April 2023.

“Kemajuan di bidang astronomi tersebut dimanfaatkan untuk menentukan awal-awal bulan hijriah. Termasuk bulan ibadah seperti Ramadhan, Syawal,” tutur dia lebih lanjut.

Syamsul menambahkan dalam persepsi di Muhammadiyah, Al Quran itu lebih menekankan penggunaan hisab. Semisal di dalam satu ayat dikatakan matahari dan bulan itu bisa dihitung pergerakannya.

Hal itu, tambah Syamsul, bukan sebuah informasi. Itu adalah sebuah statemen yang bukan deklaratif, tetapi imperatif karena bersifat perintah. Seperti sebuah konstitusi presiden dipilih setiap 5 tahun sekali.

“Jadi, pergerakan bulan dan matarahari dapat dihitung. Itu bukan sakedar sebuah informasi, tetapi itu sebuah perintah karena dapat dihitung,” ujarnya.

Gerhana matahari hibrida itu sendiri terjadi tepat menjelang hari Lebaran. Fenomena alam itu terjadi dalam satu waktu fenomena gerhana.

Misalnya, gerhana matahari total dan ada pula yang mengalami gerhana matahari cincin. Sedangkan gerhana matahari hibrida adalah perpaduan dari gerhana matahari total dan gerhana matahari cincin.***

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini