OLENAS.ID – “A Liberated minister” atau “menteri yang bebas”, begitu tajuk majalah Playboy edisi April-Juni 2023. Edisi yang spesial, menampilkan sosok yang tidak biasa di sampulnya : Menteri Perancis, Marlene Schiappa.
Playoboy belum merilis foto sampul itu, namun media Prancis Le Parisien sudah membocorkannya.
Dalam bocoran di internet, terlihat Marlene yang menjabat sebagai Menteri Sosial Ekonomi dan Asosiasi Prancis itu tampil dengan balutan busana minim bernuansa putih. Pose yang menggoda.
Rumor yang beredar, perempuan cantik berusia 40 tahun itu mau menerima tawaran Playboy kaena topik yang dibahas dalam edisi itu. Yakni feminisme, kekerasan terhadap wanita, hak wanita, pemanasan global dan literatur.
Topik-topik yang selama ini menjadi minat Marlene.
Meski begitu, Marlene juga tak luput dari kritik atas penampilan dan wawancaranya yang terangkum dalam 12 halaman di Playoboy.
Anggota oposisi menilai penampilannya tak pantas, apalagi status Marlene Schiappa sebagai seorang menteri.
Belum lagi kondisi politik dan ekonomi Prancis sedang tak stabil menyusul penolakan reformasi undang-undang pensiun.
“Membela hak wanita agar dapat mengontrol tubuhnya sendiri akan selalu ada di manapun dan kapanpun. Di Prancis, wanita bebas. Tanpa mengurangi rasa hormat kepada para pencela dan hipokrat,” kicau Marlene Schiappa di Twitter saat menanggapi hujatan yang membanjirinya.
Bagi Marlene, kontroversi bukan hal baru. Ia dikenal terlalu vokal menyuarakan
prinsipnya sebagai feminis saat memegang jabatan penting di pemerintahan.
Dalam peringatan Hari Perempuan Internasional 2018, Marlene Schiappa ambil bagian dalam pertunjukan ‘Vagina Monologues’. Aksinya di hadapan 800 penonton disertai ungkapan sarkas tentang pemerkosaan, kehamilan, kenikmatan seksual, yang dikemas dalam humor dan ironi.
Menteri Kesehatan Prancis, Roselyne Bachelot memuji penampilannya dalam pertunjukan itu. Roselyne mengaku tidak memiliki nyali seperti Marlene bila tampil saat masih menjadi menteri.
“Aku mau tampil selama ada pesan politiknya. Pertunjukan ini selaras dengan misiku, yakni memastikan isu kesetaraan gender masuk dalam perdebatan publik, bukan dalam lingkup yang itu-itu saja.”
“Kesetaraan gender adalah sebuah perjuangan kultural,” tegas Marlene Schiappa dalam wawancaranya dengan Financial Times kala itu.
Sosoknya juga pernah dicibir lantaran mengaku sebagai sapiosexual, seorang yang punya ketertarikan seksual pada sosok yang cerdas.
Sejak 2008, saat memulai sebuah blog, Marlene sudah aktif menulis dan ikut dalam gerakan-gerakan feminisme.
Sejumlah buku sudah dihasilkannya, termasuk ‘Plafond de mère’ yang ia berikan saat pertama kali bertemu Emmanuel Macron pada 2015.
Kala itu, ia masih menjabat sebagai menteri ekonomi yang sedang memulai pencalonan dirinya sebagai presiden di bawah naungan Partai En Marche!.
Ibu dua anak itu akhirnya bergabung dengan partai yang sama setelah diminta langsung oleh Macron yang terkesima dengan semangatnya dalam membela hak perempuan.
Ia mewakili kota Le Mans. Macron pun menyertakan Marlene Schiappa dalam kabinetnya setelah terpilih sebagai presiden untuk menjadi menteri kesetaraan gender (2017-2020).
Dalam perannya, Marlene Schiappa tergolong sukses dalam mempelopori undang-undang (UU) pelecehan seksual yang memungkinkan pemberlakuan hukuman denda di tempat untuk para pria yang melakukan catcalling, melecehkan atau menguntit wanita di jalanan.***








