Beranda Soker Dede Yusuf : Pembatalan Indonesia Sebagai Tuan Rumah Piala Dunia U-20 Menjadi...

Dede Yusuf : Pembatalan Indonesia Sebagai Tuan Rumah Piala Dunia U-20 Menjadi Pukulan Telak

1
0

Wakil Ketua Komisi IX DPR, Dede Yusuf

OLENAS.ID – Batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 karena dicopot oleh FIFA, bagi Wakil Ketua Komisi IX DPR, Dede Yusuf merupakan pukulan telak bagi sepakbola Indonesia.

Ia sendiri menyesalkan pernyataan Gubernur Bali I Wayan Koster yang dinilai menjadi salah satu penyebab batalnya Piala Dunia U-20 di Indonesia.

Wayan Koster menjadi salah satu pihak yang menolak keras kehadiran Timnas U-20 Israel di Indonesia. Padahal Bali menjadi salah satu provinsi yang menjadi tuan rumah, bahkan undian atau drawing fase grup akan dilakukan di Bali pada 31 Oktober 2023.

“Kita sangat menyesalkan sekali, pembatalan ini berlangsung di detik-detik terakhir ketika kita sudah siap menjadi tuan rumah. Pembatalan ini disebabkan karena statement dari Pemerintah Daerah Bali yang dalam hal ini sebagai tuan rumah drawing,” ujar Dede Yusuf, Kamis, 30 Maret 2023. 

Dede berharap, jika nanti Indonesia menyatakan siap menjadi tuan rumah kegiatan olahraga internasional dapat fokus pada persaingan dan pertarungan olahraga, bukan politik.

Ia menyatakan kecewa, pembatalan sebagai tuan rumah menjadi pukulan telak bagi dunia sepakbola Indonesia.

Banyak pihak, khususnya para atlet telah mempersiapkan diri. Sejumlah fasilitas seperti stadion juga sudah dipersiapkan, termasuk anggaran.

“Ada APBN dan APBD yang sudah dikeluarkan dan jumlahnya tidak sedikit, mungkin ratusan miliar, saya tidak tahu pastinya. Tetapi dari Kemenpora saja sudah dianggarkan Rp 300 miliar sekian untuk event ini, belum untuk perbaikan stadion dan lain-lain.”

“Lalu itu mau dibagaimanakan pertanggung jawabannya? Siapa yang mau bertanggung jawab? Apakah BPK nanti akan menganggap itu temuan? Itu pun harus kita kaji secara mendalam.”

Dede mengingatkan, peristiwa Kanjuruhan sudah meninggalkan coretan merah pada dunia sepakbola Indonesia dan menjadi peristiwa sejarah sepak bola terkelam nomor 2 di dunia yang memakan korban.

Sekarang diperparah dengan dinamika politik di Indonesia dan polemik statement penolakan terhadap Timnas Israel.

“Artinya sudah ada coretan merah, nah coretan merah ini dilukai lagi dengan adanya statement-statement yang sebetulnya tidak perlu.”

“Ya sudah, itu yang menyebabkan akhirnya FIFA mengambil kembali catatan, coretan merah itu sebagai alasan. Ini kalau misalnya tidak ada statement-statement yang menolak, ya kita tetep bisa bertanding.”

Dede menekankan Indonesia seharusnya bisa menyetujui aturan FIFA saat sudah sepakat menjadi tuan rumah. Apalagi, sebetulnya sudah ada banyak preseden kehadiran delegasi Israel dalam berbagai ajang internasional yang digelar di Indonesia.

“Ibaratnya FIFA undang musuh politik kita, kita harus siap. Karena kita tuan rumah. Sama seperti G20 kemaren. Parlemen 20 (P20). Kan Israel datang. [Turnamen] bulu tangkis di Jakarta, kan Israel juga datang. Panjat tebing.”

“Ya kalo konsisten tolak nggak usah ada yang dateng. Tapi ini beda. Kok momentum ini dihancurkan statement. Kita punya komitmen perjuangkan Palestina, betul, tapi kan ini bukan event politik,” tandasnya. ***