OLENAS.ID – Gempa yang mencapai 7,8 SR, disusul gempa kedua dengan 7,6 SR pada Senin, 6 Februari 2023, telah menewaskan lebih dari 24.000 jiwa, jumlah korban gempat terbesar dalam sejarah.
Pemerintah Turki mengungkapkan dua gempa besar dan ratusan gempa susulan telah menghancurkan setidaknya 6,444 gedung di 10 provinsi.
Apa penyebab banyaknya bangunan yang runtuh? Faktor gempa semata atau konstruksi gedung yang di bawah standar?
Dilansir dari Aljazeera, gempa yang terjadi tidak hanya sangat kuat tapi juga datang beruntun.
“Banyak bangunan yang hanya mengalami kerusakan ringan hingga sedang pada gempa pertama, tetapi kemudian runtuh setelah gempa kedua,” ujar Presiden Asosiasi Retrofit Gempa Turki, Sinan Turkkan, Sabtu, 11 Februari 2023.
Dampak kehancuran besar terhadap infrastruktur akibat gempa Turki dan Suriah ini tidak dapat dihindari.
Pemerintah Turki sendiri lebih menitikberatkan pembangunan infrastruktur dengan konstruksi aman. Bukannya dengan mewajibakan partisipasi warta dalam transformasi perkotaan. Pemerintah hanya menawarkan insentif keuangan.
Akibatnya, hanya orang-orang yang mampu secara finansial yang dapat membangun kembali propertinya sesuai dengan konstruksi modern anti gempa terbaru. Banyak yang tidak mau mengeluarkan uang untuk pembangunan konstruksi dari awal.
Tak mengherankan jika selama 20 tahun, Turki penuh dengan bangunan yang menggunakan bahan sub-par, dengan teknik konstruksi yang sudah lama ditinggalkan. Semuanya langsung runtuh saat dihadapkan dengan getaran yang kuat.
“Pemerintah harus lebih tegas dalam membuat bangunan mereka diaudit, diperkuat dan jika perlu dibangun kembali,” kata Turkkan.
“Masyarakat tidak secara sukarela membayar, tetapi ini adalah masalah hidup dan mati, dan harus diperlakukan seperti itu. ***










