OLENAS.ID – Pondok pesantren menjadi tempat para santri belajar agama Islam. Namun di Yogyakarta, para santri tak hanya mengaji tetapi juga mempelajari bagaimana membangun bisnis melalui UMKM.
Pondok pesantren (ponpes) memiliki potensi yang luar biasa. Hanya saja, potensi itu belum tergali. Selain itu, ponpes yang merupakan salah satu pusat peradaban, tetapi sayangnya belum disentuh pemerintah.
Saat para santri di ponpes di DIY mendapat pelatihan dan pendampingan mengembangkan bisnis seperti makanan, kerajinan tangan dan pakaian atau baju muslim, mereka menunjukkan potensi yang luar biasa.
Baca Juga: Barcelona Vs Sevilla: Tinggalkan Real Madrid, Xavi Puji Raphinha
Para santri pun memiliki jiwa enterprenuership yang tidak kalah tangguh seperti pelaku UMKM lain.
Hal itu terlihat saat ponpes mengikuti Festival UMKM Santri yang digelar di Pendopo Parasamya Pemkab Bantul, Minggu, 5 Februari 2023.
Tidak kurang 30 ponpes di DIY mengikuti festival itu. Sejumlah produk unggulan dari para santri tidak hanya dipamerkan tetapi juga dijual mulai dari makanan, kerajinan tangan hingga baju muslim.
Ponpes dengan para santri yang selama ini dikenal sebagai anak rohani karena mendalami Al Qur’an. Namun mereka juga memiliki semangat entepreneurship dan berusaha mempelajari bisnis dengan baik.
Baca Juga: Ressa Herlambang Kembali Dengan Cerita Miris Tentang Bisnis Keluarganya yang Hancur
Ketua Umum DPP Pergerakan Relawan Kemanusian dan Lingkungan Hidup (PRK-I) Luthfi Hizba Rusydia menuturkan pihaknya memberikan pendampingan selama satu setengah bulan kepada banyak pesantren.
Menurut dia tidak semua pesantren memiliki potensi memproduksi dan mengembangkan UMKM.
“Kami sebelumnya mencari ponpes yang punya potensi memproduksi, namun mereka minim dalam pemasaran khususnya digital marketing,” kata Luthfi.
Dari puluhan ponpes akhirnya ada 30 di DIY yang memiliki potensi mengembangkan UMKM. Mereka pun mendapat pendampingan dari PRK-1.
Dengan pelatihan selama satu setengah bulan, para santri mendapat pelajaran dan pengetahuan tentang bisnis offline dan online.
Bagaimana mereka bisa menaikkan nilai transaksi dan memahami terkait penjualan produk secara daring dan offline.
“Mulai pemahaman dari nol, mereka kemudian mendapat pelatihan dan pendampingan. Mereka akhirnya bisa meningkatkan omzet penjualan produk UMKM secara luar biasa,” ucap Luthfi.
“Saat ini, potensi ponpes dari sisi UMKM sudah bisa digali. Produknya bisa bersaing dengan produk UMKM lainnya,” ujarnya.
Baca Juga: Kalahkan PSS Sleman, Persib Kudeta Persija dan Kembali ke Puncak
UMKM ponpes pun dihadirkan dalam Festival UMKM Santri. Menurut Luthfi yang juga Ketua Panitia Festival UMKM Santri, festival itu merupakan rangkaian kegiatan empowering santri.
“Festival UMKM Santri di Yogyakarta ini merupakan yang kedua kali setelah digelar di Jawa Barat,” kata dia.
Sementara, Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih menaruh harapan kepada para santri untuk mengembangkan jiwa enterprenuersip sebelum mereka terjun ke masyarakat.
Jadi, santri tidak lagi sekadar ahli kitab suci tetapi juga memiliki bekal pengetahuan dan ketrampilan berbisnis.
“Para kyai sejak dahulu sudah melakukan konsolidasi ekonomi. Karena itu para santri harus punya jiwa enterpreneurship,” kata Bupati.***










