OLENAS.ID – Warga meminta juntaian kabel fire optik di beberapa wilayah DKI Jakarta yang sudah menelan korban segera dirapikan. Jangan sampai terjadi korban lagi, seperti yang menimpa Sultan Rif’at Alfatih pada 5 Januari 2023 lalu.
Banyak terlihat kabel yang melintang dan menjuntai rendah. Kabel yang menjuntai itu tersangkut di tanaman pinggir jalan.
Kondisi itu jelas membuat khawatir dan membahayakan bagi pengguna jalan, terutama anak-anak.
Setelah kejadian yang menimpa Sultan, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakart,a Heru Budi Hartono angkat bicara mengenai kejadian hal itu.
Berkaca dari peristiwa ini, Heru meminta ke depan tak ada lagi kabel optik semrawut di jalanan Ibu Kota.
“Saya minta fiber optik, galian kabel, harus rapih, saya minta dinas terkait seperti apa,” kata Heru Budi di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat, 28 Juli 2023.
Tulang Leher
Seorang mahasiswa, Sultan Rif’at Alfatih menjadi korban kabel fiber optik yang terjuntai pada 5 Januari 2023 lalu. Peristiwa itu terjadi saat sedang bersepeda di Jalan Pangeran Antasari, Jakarta Selatan sekitar pukul 22.00 WIB.
Seperti penuturan Fatih, ayah korban, ia tidak tahu saat itu mobil yang ada di depannya sudah menabrak kabel fiber optik yang melintang.
Mulanya, Fatih, ayah korban, menceritakan bahwa anaknya yang mahasiswa FISIP Universitas Brawijaya sedang liburan semester pulang ke Bintaro, Jakarta. Ia bersama teman-teman SMA-nya sedang berkendara sekitar pukul 22.00 WIB di Jalan Pangeran Antasari.
Ia tak tahu bahwa saat itu mobil yang ada di depannya sudah menabrak kabel fiber optik yang melintang.
“Kabel itu kecantol di mobil, yang terus berjalan membawa kabel yang sangat kuat karena di dalamnya ada sling baja. Sampai titik tertentul terlepas.”
“Begitu lepas, ngejepret orang yang di belakang, yaitu anak saya. Pas kena lehernya. Jadi anak saya kecelakaan ini akibat kelalaian kabel yang menjuntai ini,” ujar Fatih ketika dihubungi wartawan, Minggu, 30 Juli 2023.
Sultan langsung tak sadarkan diri di lokasi kejadian dan dilarikan ke UGD Rumah Sakit Fatmawati.
“Dinyatakan oleh dokter RS Fatmawati tulang tenggorokan itu kan putus. Kemudiansaluran nafasnya juga putus,” urai ayah korban.
Korban tidak sadarkan dan ditangani oleh RS Fatmawati sampai lebih kurang 4 bulan.
Bahkan dia tidak bisa lagi berbicara selama hampir tujuh bulan ke belakang akibat peristiwa mengerikan yang dialaminya.
Selain itu, Sultan tak lagi menggunakan hidung dan mulutnya untuk bernapas. Ia kini harus menggunakan alat bantu di tenggorokannya agar bisa bernapas.
Akibat kurangnya asupan yang dibutuhkan, berat badan Sultan semakin hari semakin menyusut.
Tubuhnya semakin kurus karena hanya susu dan air putih yang bisa masuk ke tubuhnya.***
