OLENAS.ID – Gerakan Mengolah Limbah dan Sampah dengan Biopori Ala Jogja (Mbah Dirjo), menjadi jurus ampuh ala masyarakat Yogyakarta untuk mengurangi sampah organik rumah tangga. Diklaim Pemkot Yogyakarta, sejak terjadinya Jogja darurat sampah karena penutipan TPA Piyungan, Mbah Dirjo mampu mengurangi volume sampah organik hingga 28,9 ton.
Sekda Kota Yogyakarta, Aman Yuriadijaya yang merupakan ketua Forum Bank Sampah (FBS) Kota Yogyakarta mengatakan, jumlah tersebut di dapatkan dari data di 10.705 titik pengolahan sampah organik rumah tangga. Titik-titik tersebut tersebar secara merata di wilayah Kota Yogyakarta.
“Metode pengolahannya tidak sebatas biopori. Ada ember tumpuk dan juga lodong sisa dapur atau losida,” kata Aman seperti dikutip jogjakota.go.id.
Baca Juga: Setahun Operasi, Lebih Dari Satu Juta Batang Rokok Ilegal Diamankan di Kabupaten Magelang
Sejak di luncurkannya gerakan Mbah Dirjo, FBS Kota Yogyakarta, baik di tingkat kemantren, kelurahan, serta semua anggota, disebut Aman siap menjadi inisiator gerakan Mbah Dirjo di lingkungan masing-masing.
Saat ini di Kota Yogyakarta telah terealisasi pembentukan lebih kurang 658 bank sampah berbasis Rukun Warga (RW). “Sekarang sudah 100 persen aktif semua,” tambah Aman Yuriadijaya.
Dengan program tersebut diklaimnya, pengurangan sampah organik tidak saja terjadi di rumah tangga. Tetapu juga di lembaga perangkat daerah. Salah satu contohnya yang terjadi di Dinas Perdagangan (Disdag) dan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Yogya.
Baca Juga: Marian Mihail Janjikan Permainan Menyerang
Kedua instansi tersebut diklaim mampu mengurangi sampah organik hingga 10 ton. “Untuk Disdag mampu mengurangi sampah hingga 5 ton, sementara Disdikpora Kota Yogya mencapai 5,4 ton,” rincinya.
Aman berharap, seluruh masyarakat Kota Yogyakarta dapat terus berkontribusi dan mendukung gerakan Mbah Dirjo. “Gerakan ini tidak membutuhkan biaya mahal. Dengan peralatan sederhana setiap warga diharapkan turut berkontribusi,” pungkasnya. ***










