OLENAS.ID – Pekan lalu, Libya diterjang banjir bandang yang disebabkan oleh Badai Daniel. Badai tersebut memicu turunnya hujan dengan intensitas 150 – 240 milimeter pada Minggu 10 September 2023.
Hujan turun disertai dengan bertiupnya angin kencang dengan kecepatan 70-80 kilometer perjam. Badai Daniel disebut-sebut telah menewaskan sekitar 6.000 orang.
Badai Daniel menerjang kota Benghazi, Susa, Bayda, dan Al-Marj. Kota yang terdampak parah adalah Kota Derna, Libya Timur. Dua bendungan di kota tersebut jebol saat badai melanda. Selain menewaskan ribuan orang, kejadian tersebut menyebabkan sedikitnya 10.000 orang dilaporkan hilang.
Baca Juga: Bromo Kebakaran, WO Foto Prewedding Akan Tuntut Balik BB TNBTS
Badai Daniel telah meluluh lantakkan Libya dan membuat banyak negara iba. Bantuan telah berdatangan dari berbagai negara di belahan dunia.
Lantas, apa itu Badai Daniel?
Dilansir dari berbagai sumber, Badai Daniel terbentuk di Yunani. Penamaannya diberikan oleh Hellenic National Meteorological Service. Badai ini secara historis beraktivitas bahkan memuncak antara September dan Januari.
Topan Daniel adalah badai mirip tropis Mediterania, yang paling mematikan dan paling merugikan sepanjang yang pernah tercatat. Badai Daniel, juga dianggap sebagai topan paling mematikan di seluruh dunia sejak Topan Nargis yang terjadi di 2008.
Baca Juga: Kemarau, Taman Kota Semarang Rusak Kekeringan
Peristiwa ini merupakan peristiwa cuaca paling mematikan di 2023, hingga saat ini. Sebelumnya, Badai Daniel pernah menyebabkan hujan, yang curahan airnya memecahkan rekor di Yunani pada 5-6 September yaitu mencapai 750 milimeter dalam 24 jam di Desa Zagora.
Curah hujan tersebut pada dasarnya setara dengan curah hujan 18 bulan di daerah tersebut. Selain itu, di Thessaly, Yunani Tengah, banyak stasiun cuaca mencatat curah hujan sebesar 400-600 milimeter terjadi dalam kurun waktu 24 jam.
Bencana Topan Daniel telah menambah panjang daftar peristiwa ekstrem di dunia. Sebelumnya di Brasil lebih dari 30 orang tewas setelah hujan lebat dan banjir terjadi akibat topan ekstra-tropis melanda. Badai melanda negara bagian Rio Grande do Sul pada pekan pertama September.***










