Beranda Joglosemar Jagang, Garda Depan Pertahanan Beteng Keraton Yogyakarta

Jagang, Garda Depan Pertahanan Beteng Keraton Yogyakarta

2
0

Jagang Beteng Keraton Yogyakarta OLENAS.ID – Beteng berdinding tebal dan jagang atau parit yang mengelilinginya, satu kesatuan sistem pertahanan dari Beteng Keraton Yogyakarta. Keberadaan Beteng Keraton Yogyakarta mempertegas kompleks dengan bangunan permanen yang dilengkapi bastion dan plengkung.

Tidak banyak yang mengetahui, jagang didesain mengelilingi beteng. Parit digunakan sebagai garda terdepan atau pertama pertahanan Keraton, baik sebagai bangunan pertahanan maupun untuk strategi peperangan.

Jagang, pada awalnya merupakan bangunan pertahanan utama pada beteng, dengan tujuan mengantisipasi serangan dari berbagai arah.

Baca Juga: Mengenal Badai Daniel yang Memicu Banjir di Libya

Pada sisi luar Beteng Keraton Yogyakarta terdapat parit dalam dan ber air jernih. Bagian sisi luarnya diberi pagar bata setinggi satu meter. Pohon gayam ditanam sebagai peneduh di sepanjang jalan yang mengelilingi benteng. Kini, sebagian besar beteng telah tertutup pemukiman, termasuk jagang, yang kondisinya tertimbun tanah.

Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY Dian Lakshmi Pratiwi mengatakan, suatu beteng mempunyai beberapa komponen di antaranya bastion, plengkung dan jagang. Berdasar dari ekskavasi yang dilakukan Disbud DIY, bibir jagang berada di salah satu titik di depan Plengkung Gading berjarak tiga atau enam meter dari plengkung.

“Jagang itu parit pertahanan. Dari data beberapa catatan naskah, kuda kala itu meloncat sekitar tiga sampai enam meter tidak sampai. Analoginya, kami pernah melakukan ekskavasi jagang Beteng Vredeburg yang hasilnya mempunyai jarak 11 sampai 13 meter. Namun, belum dapat dipastikan apakah jagang beteng Keraton Yogyakarta memiliki jarak demikian,” tutur Lakshmi seperti di kutip jogjaprov.go.id.

Baca Juga: Ribuan Pegawai Pemkot Yogyakarta Ikuti Try Out Sekeksi Kompetensi PPPK

Berdasarkan hasil ekskavasi Disbud DIY, proses penggalian baru mencapai jarak enam meter di depan plengkung. Namun upaya dihentikan karena sudah kepentok jalan. Diduga parit tersebut masih lebih lebar lagi.

Sebagai langkah awal jangka pendek, Disbud DIY mencoba menghidupkan kembali salah satu jagang Beteng Keraton Yogyakarta. Hal itu untuk menunjukkan kepada publik, bentuk asli bangunan cagar budaya kawasan beteng.

Beteng adalah salah satu penanda keistimewaan dan media edukasi kepada generasi penerus. Beteng menjadi penanda peristiwa riwayat perjalanan sejarah perjuangan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, mengamankan masyarakat di dalam beteng.

Baca Juga: Kemarau, Taman Kota Semarang Rusak Kekeringan

Meski demikian, upaya pelestarian jagang tidak semudah membalikkan tangan. Dian Lakshmi mengaku butuh effort lebih, dan kajian terutama biaya untuk menghidupkannya kembali. Terlebih, area jagang sekarang sudah banyak dihuni bangunan-bangunan.

Namun setidaknya Disbud DIY memulai dulu dengan menghidupkan minimal mengutuhkan beteng, agar menjadi satu kesatuan lengkap dengan plengkung, bastion dan jagang. Disbud DIY juga tengah mengkaji pembukaan jagang sebagai pilot project eskavasi.

“Tetapi, apakah akan dihidupkan seperti dulu? Saya tidak tahu keputusannya seperti apa, tapi itu akan effort luar biasa. Minimal satu kesatuan komponen beteng itu bisa kita tampilkan untuk generasi mendatang,” imbuh Dian Lakshmi.

Dalam proses eskavasi jagang, Disbud DIY melakukan pengecekkan kembali status tanah yang ditempati warga, perjanjian hak dan kewajibannya. Ini bagian dari upaya Pemda DIY dan Keraton Yogyakarta mengedukasi masyarakat, untuk sadar terhadap hak dan kewajibannya.

Sehingga proses revitalisasi ini coba dilakukan, meski membutuhkan waktu panjang. “Upaya revitalisasi beteng keraton ini sudah sesuai regulasi Perwal Kota Yogyakarta Nomor 118 Tahun 2021, tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota Yogyakarta Tahun 2021-2041 dimana harus ada buffer space beteng antara 1,5 atau 2,5 meter. Jadi tidak menggusur tetap hanya menegakkan regulasi saja,” tambahnya.

Seberapa penting pembukaan kembali jagang? Hal itu disebut Lakshmi kembali kepada seberapa penting Keistimewaan DIY? Berbicara Keistimewaan DIY, unjung-ujungnya adalah kesejahteraan masyarakat.

Untuk mencapainya, masyarakatnya harus mempunyai identitas dan karakter, sehingga tidak hanya semata-mata fisik tetapi juga immaterial. “Masyarakat Yogyakarta masih mengagumi beberapa nilai yang disimbolkan dalam beberapa bangunan heritage. Nilai-nilai itu ada dikandung bangunan Keraton Yogyakarta. Salah satunya masuk ke dalam beteng, maka seluruh komponen bangunan beteng tidak boleh hilang. Karena cara kita bercerita tentang makna beteng, harus ada bangunan beteng yang utuh,” papar Dian Lakshmi.***